Satu yang mungkin jarang diulas di media, Melissa dulu pernah merintis startup pada 2010. Salah satunya bergerak di bidang ritel fesyen, yang mana juga bertujuan membantu bisnis butik ibunya.
Sayangnya, karena kurang memahami pasar lokal, dua perusahaan rintisan perempuan itu gagal mengudara. Ditambah lagi, saat itu infrastrukturnya belum memadai. Sistem pembayaran masih mengandalkan transfer bank atau uang tunai. Pengiriman barang pun memakan waktu jauh lebih lama ketimbang saat ini.
Dari pengalaman itu, Melissa memahami jika relevansi mempengaruhi kesuksesan usahanya. Terpenting, perlu memahami masalah sebelum menghadirkan solusinya. “Jadi bukan cuma menciptakan sesuatu yang keren, tapi tak menyelesaikan masalah yang ada. Itu juga yang menyadarkan dan menjadi alasan saya untuk bergabung ke Tokopedia," demikian ceritanya dalam wawancara khusus dengan Fortune Indonesia pada 2022 lalu.
Bagi Mel, Tokopedia bak sebuah universitas, yang mana ada kepercayaan dan kesempatan yang ia dapatkan. Keduanya krusial bagi perusahaan. Dari sisi kepemimpinan, harus memberikan kepercayaan untuk mencoba, gagal, dan bangkit. Di sisi lain, dari karyawan, mesti ada rasa mau untuk belajar.
Dan, Mel melakukan keduanya, baik untuk dirinya sendiri maupun timnya. Apakah ia menghadapi kendala selama menjalaninya? Tentu. Itu tak terelakkan.
"Dulu, ketika berpindah dari akuntansi ke pemasaran, aduh, stresnya banyak juga. Tapi di tengah stres itu ada banyak juga yang mendukung saya dari lingkungan. Jadi yang penting itu kemauan untuk belajar dan kerendahan hati untuk berbagi," kata Mel pada Mei 2023.