Jakarta, FORTUNE - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat hingga semester I 2025, investasi hulu migas naik 28,6 persen menjadi US$7,19 miliar atau sekitar Rp118 triliun dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yaitu US$5,59 miliar.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan, capaian investasi tersebut mencakup 43,6 persen dari target investasi sepanjang 2025 yang sebesar US$16,6 miliar.
"Kami harap bisa sesuai target 2025, bahkan mencapai US$16,9 miliar jika tidak delay ada keterlambatan pada proyek-proyek kami," kata Djoko Siswanto dalam konferensi pers kinerja hulu migas semester I 2025, yang dikutip secara virtual, Selasa (22/7)
Sementara itu, dari sisi penerimaan negara, sektor hulu migas telah menyumbang US$5,88 miliar. Jumlah ini setara 45,1 persen dari target penerimaan tahun ini yang ditetapkan sebesar US$13,03 miliar.
Kendati demikian, Djoko memperkirakan penerimaan tahun ini hanya akan sebesar US$10,83 miliar atau mencakup 83,1 persen dari target, yang disebabkan volatilitas harga minyak. Sehingga, meskipun ada peningkatan produksi, namun dengan harga jual yang rendah membuat penerimaan negara sulit mencapai target.
"Harga minyak dalam APBN itu US$82 per barel, realisasinya rata-rata US$69 jadi otomatis harga minyak rendah meskipun produksinya bisa mencapai target," ujarnya.
Adapun, realisasi cost recovery atau biaya pengembalian operasi, SKK Migas mencatat US$4,48 miliar hingga Juni 2025. Angka ini mencerminkan 52,7 persen dari target tahun ini sebesar US$8,5 miliar. Meski demikian, SKK Migas memperkirakan outlook cost recovery juga bakal berada di bawah target, yakni sekitar US$8,2 miliiar.