Jakarta, FORTUNE – Praktisi pemasaran di Asia belum secara serempak menerapkan prinsip keberlanjutan dalam menjalankan bisnisnya, menurut riset terbaru dari Kantar dan Dentsu. Studi ini secara umum mengungkapkan tantangan bagi praktisi pemasaran dalam mencapai misi keberlanjutan dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Dalam riset bertajuk "Marketing a Better Future", praktisi pemasaran dianggap gagal menangkap peluang berkelanjutan. Buktinya, hanya 34 persen tim pemasaran dengan wawasan yang melaksanakan rencana keberlanjutan dan mengukur kemajuan bisnisnya.
Padahal, isu iklim merupakan masalah utama. Hal ini dibuktikan dengan 60 persen konsumen global yang menyatakan cemas terhadap kondisi lingkungan. Hal tersebut diperkirakan mendorong inisiasi serta keinginan untuk bertindak.
Laporan tersebut juga menyoroti ihwal perubahan sistem yang diperlukan untuk mencapai target keberlanjutan global dan memastikan masa depan bumi. Praktisi pemasaran—yang menjadi penghubung antara brand dan konsumen—bertanggung jawab untuk menjadi agen perubahan generasi yang berpengaruh pada perilaku konsumen, serta mendorong inovasi yang akan diinformasikan kepada pelanggan.
Studi Kantar dan Dentsu ini dilandasi oleh analisis data dan wawancara terhadap praktisi pemasaran berpengalaman dan pemimpin perusahaan. Riset tersebut dilakukan pada 12 wilayah Asia Pasifik meliputi Australia, Cina, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Dari hasil tersebut, ditemukan fakta bahwa Indonesia memiliki 3 masalah iklim utama yakni kemiskinan & kelaparan, penggundulan hutan, dan polusi air.