ilustrasi pabrik Sampoerna (dok.sampoerna.com)
Pada tahun 1913 Liem Seeng Tee mulai memproduksi dan menjual produk pertamanya bernama Sigaret Kretek Tangan (SKT). Produk SKT tersebut ia pasarkan dengan merek Dji Sam Soe.
Adapun tempat produksi usaha kecilnya tersebut bukanlah pabrik besar, melainkan di rumahnya yang ada di Surabaya.
Setelah usahanya berekmbang cukup pesat, Liem Seeng Tee mengambil langkah berani dengan mendirikan perusahaannya dengan nama Sampoerna. Ia kemudian memindahkan keluarga serta pabriknya pada sebuah kompleks bangunan di Surabaya yang kita kenal saat ini bernama Taman Sampoerna.
Usahanya terus berlanjut dari generasi ke generasi, hingga berbagai produk pun dihasilkan, yakni Sampoerna Hijau atau Sampoerna Kretek hingga Sampoerna A.
Pada tahun 1990, perusahaan ini kemudian beralih menjadi perusahaan modern dengan memanfaatkan peluang investasi dan ekspansi. Hingga pada Mei 2005, PT Philip Morris International (PMI) tertarik dan membuat PT Philip Morris Indonesia (PMID) mengakuisisi saham dari perusahaan Sampoerna.
Perlu untuk diketahui, PMI merupakan perusahaan rokok skala internasional yang sangat terkenal dengan merek global mereka, Marlboro.
Perusahaan tembakau ini berhasil meraih posisi pertama di pangsa pasar rokok di Indonesia.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk kemudian menjadi perusahaan publik dengan 7,5 persen dari modal dibayarkan ke pemegang saham.
Pada tahun 2016, perusahaan ini berhasil menarik minat investor dengan menjalankan stock split 1:25 karena harga saham lebih terjangkau. Perusahaan ini juga mendapat pengakuan dari komunitas pasar keuangan di Asia Pasifik.