Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak.com Tbk membalikkan kinerja keuangan secara drastis dalam enam bulan pertama tahun ini, dari sebelumnya rugi menjadi laba Rp8,59 triliun.
Padahal, pada semester pertama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), rugi Bukalapak mencapai Rp767,03 miliar, dan bahkan pada semester pertama 2020 kerugiannya Rp1,03 triliun.
Faktanya, keuntungan Bukalapak pada paruh awal 2022 berasal dari laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi sebesar Rp9,79 triliun, “terutama disebabkan oleh laba nilai investasi marked-to-market dari PT Allo Bank Tbk,” begitu keterangan resmi Bukalapak kepada media, dikutip Selasa (2/8).
Meski telah menuai laba bersih, perseroan menyatakan akan tetap berfokus pada kinerja operasional. Karena itu, manajemen tetap menggunakan indikator adjusted laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (ebitda). Menurut catatan internal, adjusted ebitda Bukalapak masih minus Rp732 miliar pada semester pertama tahun ini.
Bukalapak dan pemegang saham pengendali tunggal PT Allo Bank Indonesia Tbk akhir tahun lalu mengadakan perjanjian pengalihan, dan akan memiliki porsi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 2,49 miliar lembar saham. Jumlah tersebut setara dengan 11,49 persen saham baru dari total saham yang diterbitkan setelah proses rights issue.
HMETD sepenuhnya dilaksanakan perusahaan pada 18 Januari 2022 dengan nilai Rp1,19 triliun. Allo Bank merupakan bank digital yang dikuasai oleh PT Mega Corpora, perusahaan milik taipan Chairul Tanjung dengan kepemilikan mencapai lebih dari 60 persen.