Sepak Terjang Bankir Kawakan Jahja Setiaatmadja Pimpin BCA

Jakarta, FORTUNE - Sepuluh tahun menjadi orang nomor satu di PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja punya segudang kisah untuk dibagikan. Dimulai dari perjalanan hidupnya yang cukup menarik, karena Jahja bukanlah pewaris takhta di Grup Djarum.
Kepiawaiannya dalam memimpin bisnis dan bersahaja dalam bersosialisasi membuat Jahja dikenal oleh semua kalangan. Tak ayal, Jahja telah dinobatkan sebagai salah satu sosok Bussinessperson Of The Year 2021 oleh Majalah Fortune Indonesia.
Jahja membagikan kisahnya sejak awal mula bergabung ke BCA saat tahun 1990-an, kala BCA masih menjadi ‘perusahaan keluarga’. Ya, BCA adalah bank swasta milik Keluarga Hartono. BCA kemudian menjadi perusahaan terbuka pada 2000, namun dua bersaudara Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono masih menjadi pemegang saham mayoritasnya.
“Saya bukan dari keluarga orang kaya. Saya juga pernah merasakan tidak punya uang,” katanya dalam wawancara dengan Fortune Indonesia, beberapa waktu lalu.
Bercita-cita menjadi dokter gigi
Jahja muda ingin menjadi dokter gigi. Tapi ayahnya yang bekerja sebagai pegawai biasa di Bank Indonesia memintanya kuliah ekonomi di kampus negeri yang biaya pendidikannya lebih murah. Ia menurut dan masuk Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Setelah lulus, ia mengawali karier sebagai akuntan di Pricewaterhouse Coopers pada 1979. Baru setahun bekerja di sana, Jahja kemudian pindah sebagai Direktur Keuangan Kalbe Farma. Selanjutnya, pada 1989, ia bergabung dengan perusahaan otomotif di bawah Grup Salim, Indomobil Group. Baru pada 1990 Jahja hijrah ke BCA yang saat itu masih menjadi bagian dari Grup Salim.