Jakarta, FORTUNE - Dalam satu dekade terakhir, penjualan dan penyewaan lahan industri di kawasan Jakarta dan sekitarnya mencapai rekor tertinggi.
Pada 2024, total transaksi lahan industri mencapai 427,06 hektare, hampir menyamai rekor pada 2014. Dibandingkan dengan 2023, terjadi lonjakan hampir dua kali lipat dalam total transaksi.
Salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan ini adalah transaksi besar yang melibatkan Subang Smartpolitan. Sebanyak 150 hektare lahan industri di kawasan tersebut telah diakuisisi oleh produsen kendaraan listrik asal Cina, BYD. Kesepakatan ini berkontribusi signifikan terhadap penyerapan lahan industri secara keseluruhan.
Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, menyatakan pencapaian ini menunjukkan sektor industri berada pada jalur pertumbuhan yang positif.
“Kami tetap optimis bahwa sektor ini akan terus berkembang di masa depan, terutama jika didukung oleh fondasi ekonomi yang kuat, pertumbuhan PDB yang sejalan dengan target pemerintah, serta stabilitas politik dan keamanan,” kata dia dalam risetnya, Selasa (18/3).
Ferry juga mengatakan meski transaksi BYD di Subang Smartpolitan berdampak besar, total transaksi lahan industri pada 2024 tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bahkan tanpa mempertimbangkan transaksi tersebut.
Pada kuartal IV-2024, transaksi terbesar terjadi di Karawang New Industry City (KNIC), dengan total lahan yang terjual mencapai 36 hektare.
Dari angka tersebut, 22 hektare dialokasikan untuk penjualan lahan industri, sementara 14 hektare digunakan untuk penyewaan gudang guna mendukung produksi baterai kendaraan listrik.
Serang menempati posisi kedua dengan transaksi lahan industri terbesar. Di kawasan ModernCikande Industrial Estate, transaksi terjadi untuk lahan seluas 18,15 hektare. Sebagian besar lahannya, sekitar 15 hektare, diakuisisi oleh perusahaan aluminium asal Cina. Sisanya digunakan oleh perusahaan yang bergerak pada sektor tiang pancang serta dua perusahaan lokal pada industri kimia dan logam.