Jakarta, FORTUNE - Emiten perkebunan kelapa sawit, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menargetkan kinerja pendapatan tumbuh 10 persen pada tahun ini.
Direktur Utama SSMS, Jap Hartono, menyatakan proyeksi ini sejalan dengan pemulihan produksi sawit nasional, ditambah strategi efisiensi biaya yang terus diperkuat oleh perusahaan.
“Tahun ini kami tidak perlu terlalu over optimistis, bicara ralistis saja. Kalau industri sawit nasional tumbuh 10 persen, maka kami juga targetkan pertumbuhan 10 persen,” ujar Jap Hartono dalam paparan publik SSMS, Kamis (8/5).
Adapun, produksi minyak sawit dalam negeri tahun ini diperkirakan mencapai 48 juta ton, setelah sempat turun menjadi 45 juta ton pada tahun lalu. SSMS juga menggenjot operasional dan efisiensi, termasuk membeli bahan baku dari luar dan berinvestasi di sektor pendukung.
Selain itu, pihaknya juga berfokus pada pengendalian biaya dibandingkan berspekulasi harga pasar. “Kami selalu bicara soal biaya karena itu yang bisa kita kontrol. Dengan cash cost sekitar US$325 dan break-even di US$550, kami tetap bisa bertahan meski harga CPO berada di level terendah dalam rentang pasar,” ujarnya.
Untuk mendukung ekspansinya tahun ini, SSMS menyiapkan belanja modal (capex) Rp510 miliar dengan alokasi yang difokuskan untuk renovasi fasilitas pekerja, pengadaan peralatan berat, dan peremajaan mesin-mesin produksi. Hingga kuartal I-2025, realisasi capex SSMS mencapai 30–35 persen atau sekitar Rp180 miliar.
Selain efisiensi, emiten sawit milik taipan Abdul Rasyid ini akan memperkuat ekspansi ke sektor hilir. SSMS tengah menyelesaikan pembangunan fasilitas refinery berkapasitas 1.500 ton per hari yang ditargetkan beroperasi akhir tahun, sebagai bagian dari strategi downstream dan diversifikasi produk turunan sawit.
SSMS juga mencatat peningkatan yield menjadi 7,5 ton per hektare pada Januari–April 2025, dari 7,1 ton per hektare tahun sebelumnya.
Dengan produktivitas tinggi bahkan di usia tanaman 24 tahun yang masih menghasilkan hingga 23 ton per hektare, SSMS mengaku belum merencanakan replanting hingga 2026.
Plantasi paling produktif saat ini berada di PT SMU, dengan yield mencapai 28,5 ton per hektare per tahun dan oil extraction rate (OER) sebesar 24 persen.