Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Kopi Starbucks
Kopi Starbucks

Intinya sih...

  • Chief Technology Officer (CTO) Starbucks, Deb Hall Lefevre mengundurkan diri di tengah rencana restrukturisasi, PHK massal, dan penutupan gerai perusahaan secara global.

  • Posisi sementara CTO kini diisi oleh Ningyu Chen, yang sebelumnya menjabat sebagai Senior Vice President Global Experience Technology.

  • Starbucks melakukan gelombang kedua pemangkasan besar-besaran di level korporat sebagai bagian dari strategi CEO Brian Niccol untuk merombak teknologi agar dapat meningkatkan penjualan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Chief Technology Officer (CTO) Starbucks, Deb Hall Lefevre mengundurkan diri di tengah rencana restrukturisasi, PHK massal dan penutupan gerai perusahaan secara global.

Dilansir dari Reuters, berdasarkan memo internal posisi sementara CTO kini diisi oleh Ningyu Chen, yang sebelumnya menjabat sebagai Senior Vice President Global Experience Technology.

Pengunduran diri Lefevre terjadi saat Starbucks sedang melakukan gelombang kedua pemangkasan besar-besaran di level korporat sebagai bagian dari strategi CEO Brian Niccol untuk merombak teknologi di gerai-gerai Starbucks agar dapat lebih efisien dan bisa meningkatkan penjualan yang lesu selama enam kuartal berturut-turut.

Sebagai bagian dari perombakan ini, Starbucks menggunakan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti mesin penghitung stok otomatis yang mulai diterapkan di seluruh gerai milik perusahaan di Amerika Utara hingga akhir September. Kemudian, Asisten AI untuk barista agar pekerjaan lebih cepat dan sistem kasir (point-of-sale) baru.

Lefevre yang merupakan mantan eksekutif McDonald’s yang bergabung ke Starbucks pada Mei 2022, disebutkan dalam memo berencana untuk pensiun. “Prioritas teknologi kami tidak berubah. Kami tetap fokus pada pekerjaan teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung rencana Back to Starbucks,” tulis memo tersebut.

Starbucks akan menutup sejumlah gerai yang berkinerja buruk di AS sehingga jumlah gerai di wilayah Amerika Utara diperkirakan turun sekitar 1 persen hingga akhir tahun fiskal 2025.

Perusahaan juga memberhentikan 900 karyawan non-ritel dan menyampaikan informasi tersebut kepada karyawannya yang terdampak Jumat pekan lalu.

Program teknologi ini merupakan bagian dari strategi “Back to Starbucks” yang digagas CEO Brian Niccol untuk mengembalikan daya tarik kedai kopi Starbucks. Pada Februari lalu, Starbucks juga memangkas 1.100 karyawan korporat, termasuk banyak anggota tim IT. Kini sebagian pekerjaan IT dialihkan ke Tata Consultancy Services yang berbasis di India.

Dalam pernyataannya, Starbucks mengatakan tetap mempertahankan tim teknologi internal yang besar, tetapi akan fokus pada kemampuan dan proyek yang dianggap paling penting.

Dikutip dari CNBC, Starbucks sebelumnya memperkirakan 90 persen dari total biaya restrukturisasi senilai US$1 miliar berasal dari bisnis Amerika Utara, termasuk sekitar US$150 juta untuk pesangon karyawan dan US$850 juta untuk biaya penutupan gerai. Sebagian besar biaya ini akan dicatat pada tahun fiskal 2025.

Perusahaan menargetkan mengakhiri tahun fiskal dengan hampir 18.300 gerai di Amerika Utara, baik yang dikelola langsung maupun berlisensi. Starbucks berencana mulai kembali memperluas jumlah gerai pada tahun fiskal 2026.

Sepanjang 12 bulan terakhir, harga saham Starbucks turun lebih dari 12 persen, berbanding terbalik dengan indeks pasar luas S&P 500 yang justru naik 16 persen.

Editorial Team

EditorEkarina .