Jakarta, FORTUNE — Jenama ritel kopi, Starbucks dikabarkan tengah meninjau ulang strategi bisnisnya di Cina dan menjajaki kemungkinan restrukturisasi besar, termasuk opsi penjualan saham. Langkah ini ditempuh di tengah tekanan ekonomi makro dan meningkatnya persaingan dari pemain lokal seperti Luckin Coffee dan Cotti Coffee.
Dilansir dari Bloomberg, sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan Starbucks telah menghubungi sejumlah perusahaan ekuitas swasta, perusahaan teknologi, dan calon investor lainnya. Mereka mengirimkan surat melalui penasihat keuangan untuk mengumpulkan masukan mengenai prospek bisnis dan strategi ekspansi di pasar Cina. Nilai transaksi potensial disebut bisa mencapai miliaran dolar AS.
Cina merupakan salah satu pasar terbesar bagi Starbucks. Perusahaan tersebut mengoperasikan lebih dari 7.750 gerai di Tiongkok per Maret 2025. Pada kuartal yang sama, Starbucks menghasilkan laba bersih sekitar US$740 juta, sedikit dibawah kompetitornya yakni Luckin yang mencatat laba US$1,2 miliar.
Meski sedang menjajaki berbagai opsi, sumber menyebut Starbucks bisa saja memutuskan untuk tidak melanjutkan transaksi apa pun. Para calon pembeli diharapkan bisa memberikan feedback pada pekan depan. Adapun, dari pihak Starbucks belum memberikan tanggapan apapun.
CEO Starbucks, Brian Niccol, sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan tetap berkomitmen terhadap pasar Cina dalam jangka panjang. Dalam panggilan pendapatan akhir April, ia menekankan adanya tanda-tanda positif setelah penyesuaian harga dan penawaran produk.
"Kami tetap berkomitmen pada Tiongkok untuk jangka panjang," kata Niccol saat itu dilansir dari Bloomberg. "Kami melihat potensi besar untuk bisnis kami di sana pada tahun-tahun mendatang dan tetap terbuka terhadap bagaimana kami mencapai pertumbuhan itu."
Niccol juga mengatakan pada Oktober lalu, bahwa Starbucks sedang menjajaki kemitraan untuk membantunya dalam jangka panjang, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Langkah serupa sebelumnya dilakukan pemain global lain seperti McDonald’s dan Yum! Brands yang melepas sebagian saham bisnis mereka di Cina kepada investor lokal untuk mempercepat pertumbuhan.Sejak akhir Februari, harga saham Starbucks turun sekitar 25 persen.