Jakarta, FORTUNE - BlackRock, perusahaan manajemen investasi raksasa asal Amerika Serikat yang bermarkas di New York, terus menunjukkan dominasinya di kancah global. Didirikan pada 1988, firma ini telah bertransformasi menjadi pengelola aset terbesar di dunia, dengan aset kelolaan (AUM) yang mencapai US$10 triliun pada akhir 2023.
Jejak operasional BlackRock membentang luas di seluruh dunia, dengan 70 kantor yang tersebar di 30 negara. Perusahaan ini mempekerjakan 19.800 tenaga profesional dan melayani klien di lebih dari 100 negara. Reputasinya yang solid membuat BlackRock dipercaya mengelola dana dari berbagai korporasi besar dunia, mulai dari Amazon, Google, Tesla, hingga Disney.
Digagas oleh Larry Fink, BlackRock awalnya berfokus pada pengelolaan risiko dan investasi pendapatan tetap. Siapa sangka, perusahaan yang bermula sebagai startup kecil dengan hanya delapan karyawan ini kemudian melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai kelas aset, termasuk saham, obligasi, properti, dan investasi alternatif.
Setelah satu dekade beroperasi, BlackRock mengambil langkah strategis untuk menjadi perusahaan terbuka dengan melantai di bursa saham New York Stock Exchange melalui initial public offering (IPO) pada 1999.
Secara garis besar, BlackRock menjalankan bisnis sebagai penyedia layanan investasi, penasihat keuangan, dan solusi manajemen risiko bagi para kliennya. Menurut laman resminya, BlackRock menawarkan keahlian terkait pasar modal, model keuangan, isu regulasi, serta analisis data.
Sebagai investor institusional terbesar, BlackRock memiliki pengaruh signifikan terhadap dinamika pasar global. Investasinya yang tersebar pada ribuan perusahaan menjadikan BlackRock sebagai pemegang saham utama pada berbagai sektor industri, mulai dari teknologi hingga energi.
Pada kuartal IV-2024, aset kelolaan BlackRock mencatatkan pertumbuhan yang fantastis, mencapai US$11,6 triliun atau setara dengan sekitar Rp190.000 triliun. Peningkatan ini dipicu oleh rally saham di Amerika Serikat setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden pada tahun sebelumnya.
Sejalan dengan pertumbuhan aset kelolaan, BlackRock juga berhasil membukukan kenaikan laba bersih 21 persen menjadi US$1,67 miliar pada periode yang sama.
BlackRock sendiri merupakan salah satu dari tiga manajer investasi terbesar dunia atau yang dikenal dengan sebutan "Big Three," bersama dengan Vanguard dan State Street Global Advisors. Ketiganya dikenal mendominasi industri dana indeks pasif dan memiliki pengaruh besar terhadap tata kelola perusahaan.