Jakarta, FORTUNE - Perusahaan dituntut untuk mengelola arus kas lebih cepat dan terukur di tengah proses bisnis yang terus bergerak. Namun di balik jargon “transformasi digital” yang kian populer, kini banyak perusahaan masih tertahan pada proses-proses administratif dasar yang belum tersentuh otomatisasi.
Salah satunya justru terjebak pada masalah lama seperti proses manual dalam pengelolaan account receivable (AR) dan account payable (AP). Padahal, inefisiensi pada proses ini bisa berdampak langsung ke arus kas, bahkan strategi bisnis secara keseluruhan.
Hal ini menjadi bahasan dalam acara bertajuk “Smarter Payments, Sharper Forecasts: How AI is Reshaping AR/AP Management” yang digelar Paper.id dan Fortune Indonesia, yang menghadirkan tokoh-tokoh kunci dari berbagai sektor.
Acara ini menghadirkan Yosia Sugialam, Co-Founder & CEO Paper.id; Ryanto Marino, Senior Advisor dan mantan CIO Siloam Hospitals; serta Julianto Sidarto, Komisaris Independen Air Asia. Diskusi dimoderatori Hendra Soeprajitno, Editor-in-Chief Fortune Indonesia.
“Event ini kami desain untuk menangkap perspektif lintas industri, sekaligus menjadi ruang bagi para pemimpin untuk saling berbagi pengalaman dan tantangan nyata dalam digitalisasi,” ujar Yosia Sugialam, Co-founder & CEO Paper.id, saat membuka diskusi.
Lebih dari sekadar forum berbagi perspektif, acara ini dirancang untuk menjawab satu pertanyaan penting: bagaimana teknologi, khususnya AI dan otomasi dapat mengubah fungsi keuangan dari sekadar administratif menjadi penggerak pertumbuhan bisnis.
Persoalan AR/AP, menurut Yosia, bukan hal baru. “Tablet tulisan pertama di dunia bahkan mencatat invoice. Ini problem sudah sejak zaman batu,” ujarnya. Namun meski teknologi kini berkembang, banyak perusahaan masih berjibaku dengan proses manual yang menyita waktu dan biaya.
Berdasarkan studi dari McKinsey hingga BCG, perusahaan bisa menghabiskan hingga 5.000 jam kerja per tahun hanya untuk proses AR/AP manual, mulai dari pembuatan invoice, pencocokan dokumen, hingga penagihan.
Hal yang ironis, ketika konsumen bisa memesan makanan dalam hitungan menit, proses invoicing antar perusahaan bisa memakan 3–10 hari kerja. “Ini stone-age problem yang masih ada sampai sekarang,” tutur Yosia.
Di banyak perusahaan, sistem ERP memang sudah digunakan. Namun menurut Yosia, ERP hanyalah titik awal. Banyak proses seperti procure to pay, reconciliation, atau fraud prevention yang masih dikerjakan secara manual di luar sistem utama.
Paper.id, kata Yosia, hadir untuk melengkapi ERP. Yakni, membangun layer modular di atasnya, seperti invoice automation hingga real-time validation. Solusi Paper.id ini kini dipercaya oleh lebih dari 700.000 pemilik bisnis, termasuk brand besar seperti J&T Cargo dan Kopi Kenangan.