Jakarta, FORTUNE – Pemerintah menargetkan industri petrokimia Indonesia jadi peringkat satu di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Namun, dalam perjalanannya, terdapat sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat laju pertumbuhan ke depan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan salah satu tantangan terbesar ada pada masalah biaya produksinya yang besar–yang juga berdampak ke biaya operasional dan distribusi. Ini dikarenakan situasi harga minyak mentah dan gas dunia yang sedang melonjak di tengah kondisi geopolitik yang tidak menentu. Padahal komoditas ini jadi bahan bakar utama di hulu petrokimia.
“Industri pupuk juga mengeluhkan harga gas mengalami kenaikan karena konflik Rusia-Ukraina. Jadi, pasokan dari bahan baku pupuknya juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dan banyak negara berebutan bahan baku tersebut,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Kamis (14/4).