Jakarta, FORTUNE – Indonesia diyakini memiliki potensi besar dalam ekonomi digital, kendati kontribusinya terhadap perekonomian belum signifikan. Pada 2020, sektor ini baru menyumbang 4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dna diperkirakan tumbuh signifikan hingga 10 persen pada 2025.
Di sisi lain, ekonomi digital di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Direktur Program dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti Soeryaningrum, mengatakan Indonesia memang berpotensi mengembangkan ekonomi digital, tapi perjalanannya masih panjang.
“Menurut McKinsey, Indonesia masih tertinggal dalam meraih potensi pasar digital dari sisi infrastruktur, konsumen, dan bisnis,” kata Esa, saat dihubungi Fortune Indonesia, Rabu (2/3).
Menurutnya, letak geografis juga jadi tantangan dalam perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Investasi infrastruktur digital pun masih terbatas, sehingga kesenjangan infrastruktur teknologi informasi dan penerapan teknologi baru masih jadi kendala.
Pada sisi regulasi, aturan yang ada belum banyak melingkupi perihal keamanan data, adopsi teknologi oleh UKM, hingga penelitian serta pengembangan.
“Tantangan besar dari digitalisasi manufaktur adalah pengembangan tenaga kerja. Lambatnya pertumbuhan angkatan kerja dengan produktivitas terbatas dan tingkat pertumbuhan manufaktur yang lebih rendah menahan perkembangan ekonomi digital di Indonesia,” katanya. “Pekerja dengan keterampilan rendah harus diberikan lebih banyak pelatihan.”