Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu (dok. BKPM)
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu (dok. BKPM)

Intinya sih...

  • Presiden Donald Trump menurunkan tarif impor produk Indonesia menjadi 19 persen.

  • Indonesia kini memiliki tarif resiprokal terendah kedua di ASEAN setelah Singapura, yang hanya dikenakan tarif 10 persen.

  • Pembelian komoditas energi dari Amerika Serikat senilai US$15 miliar, produk pertanian AS senilai US$4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing turut memengaruhi penurunan tarif.

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Indonesia akhirnya menanggapi klaim kesepakatan dagang yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, menyatakan penurunan tarif impor AS untuk produk Indonesia menjadi 19 persen menunjukkan posisi strategis Indonesia. Namun, menurutnya, detail implementasi kesepakatan masih dalam tahap awal.

Perkembangan terbaru, Kantor Komunikasi Kepresidenan memastikan pengumuman resmi dan terperinci mengenai hasil negosiasi akan disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

“Presiden yang akan mengumumkan detailnya nanti setibanya di Tanah Air. Sore ini Presiden akan tiba di Tanah Air,” ujar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (16/7).

Pada Selasa (15/7), Donald Trump melalui platform Truth Social mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Presiden Prabowo. Klaim tersebut menyatakan produk AS akan mendapat akses bebas tarif ke Indonesia, sementara produk Indonesia ke AS dikenai tarif 19 persen, turun dari sebelumnya 32 persen. Kesepakatan disebut juga mencakup komitmen Indonesia membeli energi (US$15miliar), produk pertanian(US$4,5 miliar), dan 50 pesawat Boeing.

Dengan tarif 19 persen, posisi Indonesia di pasar AS menjadi lebih kompetitif dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam (20 persen), Malaysia (25 persen), dan Thailand (36 persen), serta menjadi yang terendah kedua di ASEAN setelah Singapura (10 persen).

“Kalau saya lihat, secara strategis di wilayah Asia Tenggara ini yang signifikan sangat turun. Artinya, Amerika Serikat pun sangat mempertimbangkan keberadaan Indonesia,” ujar Todotua saat ditemui di Jakarta, Rabu (16/7).

Meskipun menyambut baik penurunan tarif, Todotua menegaskan detail implementasi kesepakatan, khususnya terkait pembelian komoditas, belum final.

“Adapun terkait hasil negosiasi, dalam hal ini pembelian komoditas energi dari Amerika Serikat, masih tahap pembicaraan,” katanya.

Di sisi lain, ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, telah memperingatkan bahwa kesepakatan tersebut berisiko merugikan Indonesia. Menurutnya, komitmen impor energi dalam jumlah besar dapat memperlebar defisit neraca migas, menekan rupiah, dan membebani subsidi energi, sementara bebasnya tarif produk pertanian AS dapat mengancam produsen pangan lokal.

Pemerintah sendiri, menurut Todotua, masih akan melakukan pembahasan internal lebih lanjut.

“Kami sedang konsolidasi karena berita [kebijakan 19 persen Trump] baru,” ujarnya.

 

Editorial Team