Jakarta, FORTUNE - McDonald's melaporkan penurunan penjualan secara kuartalan, yang tercatat sebagai penurunan pertamanya sejak hampir empat tahun. Pertumbuhan penjualan pada divisi bisnis internasionalnya melemah, sebagian karena terkena efek konflik di Timur Tengah.
Restoran ini menjadi salah satu bisnis yang terdampak oleh aksi protes dan kampanye boikot produk dari khalayak luas karena sikapnya yang dianggap pro-Israel dalam konflik yang melibatkan Israel dan Palestina.
Reuters melaporkan, Selasa (6/2), bahwa CEO McDonald's, Chris Kempczinski, menyatakan perang tersebut telah memberikan dampak signifikan terhadap kinerja beberapa pasar luar negeri pada kuartal keempat.
Selain merasakan getahnya di negara-negara Timur Tengah, bisnis perusahaan tersebut di Malaysia, Indonesia, dan Perancis juga tersandung.
"Selama perang ini masih berlangsung, kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan [di pasar-pasar ini],” ujarnya.
Penjualan McDonald's pada segmen International Developmental Licensed Markets hanya naik tipis 0,7 persen pada triwulan IV-2023, jauh meleset dari perkiraan 5,5 persen. Bisnis ini menyumbang 10 persen dari total pendapatan McDonald's pada 2023.
“Efek [perang] terhadap ketahanan pendapatan akan menjadi kekhawatiran terbesar kami… Sepertinya ini akan menjadi masalah yang terus berlanjut hingga kuartal berikutnya atau bahkan dua kuartal berikutnya,” kata Brian Mulberry, manajer portofolio klien di Zacks, manajemen investasi yang memegang saham McDonald's.