Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Produk furnitur dan kerajinan berbahan kayu serta rotan. (KemenkopUKM)

Jakarta, FORTUNE - Kinerja industri furnitur dan kerajinan nasional diperkirakan terkontraksi 22 persen sepanjang tahun ini. Situasi geopolitik dan inflasi besar di negara tujuan ekspor menjadi sejumlah faktor penyebab penurunan.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel Dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur mengatakan, selain faktor tersebut, ada hal lain yang menyebabkan penurunan ekspor industrti furnitur dan kerajinan.  

Bila ditelisik secara mendalam, produk yang berasal dari Indonesia dinilai oleh buyers kurang bersaing, lantaran harganya cukup tinggi atau mahal dibandingkan produk dari Malaysia, Vietnam dan terutama China. Sehingga banyak dari pembeli lebih memprioritaskan berbelanja dari negara tersebut, kecuali untuk produk-produk khas Indonesia yang berbasis kayu solid, eksotis material seperti rotan, craft yang memiliki keunikan dan menjadi kekuatan produk Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, HIMKI mengungkapkan sejumlah strategi spesifik agar industri mebel dan kerajinan tetap bisa tumbuh, minimal bisa bertahan di tengah situasi yang tidak kondusif saat ini. 

"Target  yang kita canangkan bersama pemerintah untuk mencapai angka ekspor US$5 miliar hingga akhir 2024 sepertinya harus dikoreksi dengan fakta dan data yang tidak mendukung di lapangan," kata Sobur di Jakarta, Jumat (29/12).

Data ekspor mebel per september 2023 hanya mencapai US$1,29 miliar turun 30 persen dibandingkan 2021 yang tercatat US$1,86 miliar. Sedangkan, ekspor kerajinantahun ini diperkirakan hanya akan mencapai US$513 juta, menurun 21 persen dari tahun lalu yang mencapai US$647 juta. Dengan demikian, kinerja ekspor gabungan mebel dan kerajinan per September turun 28 persen menjadi US$1,8 miliar dari US$2,5 miliar  di periode yang sama tahun lalu.

"Dengan basis data tersebut kita bisa prediksi sampai akhir tahun 2023, angka optimis ekspor gabungan mebel dan kerajinan hanya akan mencapai US$2,5 miliar, menurun akumulasi 22 persen," katanya.

Data tersebut juga sejalan dengan data laporan yang dirilis Bank Indonesia yang mencatat penurunan signifikan di Provinsi Jatim dan Banten sebagai salah satu basis produksi engineering wood, yang merupakan bahan utama yang digunakan untuk produk mebel.

Proyeksi 2024

Dengan maraknya tantangan global, Sobur berharap industri mebel dan kerajinan masih dapat tumbuh 10 persen. Salah satu pendorongnya karena permintaan global dan stok belanja produk furnitur yang diperkirakan bakal kembali berulang dan potensi pasar di sejumlah emerging market seperti India dan negara timur tengah yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif dan menggeliatnya proyek properti.

HIMKI optimis dengan masa depan industri ini mengingat Indonesia memiliki potensi yang  besar. Indonesia memiliki peluang menjadi produsen mebel dan kerajinan terbesar di kawasan regional dan berpeluang menjadi yang terbesar di dunia, khususnya untuk produk-produk berbasis rotan.

Industri ini merupakan industri yang hampir sempurna karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang berlimpah dan SDM terampil dalam jumlah besar, dengan sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain itu, produk mebel dan kerajinan Indonesia juga memiliki nilai jual unik sebagai pemasok pasar furnitur global berakar pada sumber daya alamnya, tenaga kerja terampil, harga kompetitif, keragaman budaya, dan produksi berkelanjutan, sehingga sangat dicari di pasar furnitur global. 

Furnitur buatan Indonesia banyak dicari karena presisi dan desainnya yang kreatif, selain karakteristiknya yang berkualitas tinggi dan harga bersaing yang dapat diproduksi dengan teknologi global terkini.

Sobur juga mengungkap keinginannya mendorong produsen furnitur lokal masuk ke segmen premium, mengikuti jejak produk Italia. Dengan begitu, pelaku industri akan lebih bertahan dengan produknya yang ekslusif, ketimbang bermain dengan dengan produk massal dan bersaing di samudera merah (red ocean) yang sesak dengan pesaing, seperti Cina dan Vietnam.

9 Rekomendasi Kebijakan

Editorial Team

EditorEkarina .

Tonton lebih seru di