Jakarta, FORTUNE – Manajer Pengelolaan Perubahan Iklim PLN, Kamia Handayani, menyatakan perusahaannya memandang transisi energi sebagai sebuah peluang bisnis baru untuk dijalankan.
“Transisi energi merupakan peluang untuk keberlanjutan bisnis kami, salah satunya dengan bisnis baru konversi kompor induksi dan kendaraan listrik,” ujarnya seperti dikutip Antara, Senin (22/11).
Selain kompor induksi, PLN juga tengah menggarap layanan sertifikasi energi terbarukan bagi industri yang disebut Renewable Energy Certificate (REC). Kemudian, PLN juga menjajaki bisnis kredit karbon bagi industri maupun individu yang ingin mengurangi jejak emisi karbon dalam bisnisnya, dan menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang menempatkan penambahan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 51,6 persen.
Menanggapi hal ini, Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan langkah PLN merupakan hal lumrah. Apalagi PLN telah memiliki peta jalan untuk menuju ke arah pemanfaatkan EBT. Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah meninjau kembali proyek 35.000 MW yang tengah berjalan.
“Untuk pekerjaan yang sudah tanda tangan kontrak sepertinya akan tetap dilanjutkan mengingat sudah ada komitmen yang mesti dilakukan. Untuk yang belum berjalan sama sekali seharusnya tidak usah dilanjutkan, mengingat kita punya target net zero emission di 2060. Seharusnya, 2025 sudah tidak ada lagi pembangungan PLTU untuk program 35.000 MW ini,” ujarnya kepada Fortune Indonesia (23/11).