Jakarta, FORTUNE – Transvision meluncurkan inovasi konten berupa film seri bertema sejarah yang memanfaatkan teknologi berbasis blockchain dan web 3.0 –yakni Non-Fungible Token (NFT)–dengan fundamental sangat jelas. Padahal, kondisi pasar NFT saat ini mengalami penurunan.
Direktur Utama Transvison, Peter F. Gontha, mengatakan bahwa pihaknya tidak ragu mengombinasikan teknologi NFT dalam pembuatan konten serial karena landasan aset yang jelas. “NFT yang turun itu bodong,” ujarnya Media Press Conference, Jumat (7/10). "NFT kit aini mendapatkan hasil, pembagian keuntungan, benefit diskon, bisa bertemu dengan orang (penting), bisa (memberi peluang) jadi artis.”
Peter Gontha menjelaskan bahwa NFT yang digunakan Transvision dalam proyek pembuatan film ini adalah aset yang bisa diperjualbelikan. Misalnya, NFT dijual dengan harga US$100 untuk membantu pembiayaan film sebesar US$1,5 juta. Lalu, film tersebut bisa menghasilkan keuntungan hingga 100 persen, maka orang yang membeli dengan US$100 bisa mendapatkan return dengan total US$200.
Berdasarkan laporan DappRadar, penjualan NFT global sejak Januari-September 2022 mengalami penurunan hingga 82 persen. Secara volume, pada Januari 2022, penjualan NFT mencapai US$5,36 miliar, sedangkan memasuki September 2022, volume penjualannya hanya mencapai US$947 juta.