Jakarta, FORTUNE – Unilever mengisyaratkan tak bakal menyerah dalam proses akuisisi GlaxoSmithKline atau GSK meski telah mengalami penolakan.
"Akuisisi ini akan menciptakan skala dan platform pertumbuhan untuk portofolio gabungan di Amerika Serikat, Tiongkok, dan India, dengan peluang lebih lanjut di pasar negara berkembang lainnya," demikian pernyataan Unilever seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (18/1) sembari mengutip soal sinergi dalam bisnis perawatan mulut dan suplemen vitamin.
GSK, perusahaan farmasi multinasional dengan produk-produk seperti Sensodyne, Panadol, dan vitamin C Emergen-C, pada Sabtu (15/1), mengumumkan telah menerima tiga proposal terkait akuisisi bisnis layanan kesehatan konsumen dari Unilever. Perseroan menerima proposal terakhir pada 20 Desember 2021, dan di dalamnya terdapat penawaran nilai akuisisi 50 miliar pound atau setara Rp975 triliun (asumsi kurs Rp19.450).
“GSK menolak ketiga proposal yang dibuat atas dasar bahwa mereka (Unilever) pada dasarnya meremehkan bisnis layanan kesehatan konsumen dan prospek masa depannya,” demikian pernyataan manajemen GSK dalam situs resminya. Menurut mereka, proposal penawaran tersebut gagal mencerminkan nilai intrinsik bisnis beserta potensinya. Sebagai informasi, bisnis layanan kesehatan konsumen GSK adalah usaha patungan (joint venture) dengan Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS).