Usai Diakuisisi, Futura Energi (FUTR) Akan Bawa Sejumlah Proyek EBT

08 Okt 2025, 20:52 WIB

Nova Betriani Sinambela

Ilustrasi PLTS. IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) diakuisisi oleh PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara) dan akan bertransformasi menjadi holding di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
FUTR akan memayungi proyek energi hijau dengan fokus pada pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Perusahaan juga menyiapkan proyek PLTS dengan total potensi 130 MW, dimulai dengan proyek awal berkapasitas 3,8 MW serta mengandalkan PT Hexa Prima Mekanikal untuk memperkuat kinerja keuangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) bersiap bertansformasi menjadi holding di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) pasca diakuisisi PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara),

Hal ini akan disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait perubahan kegiatan usaha, sekaligus menjadi bagian dari rencana Right Issue yang ditargetkan terlaksana pada 2026.

Direktur Utama FUTR, Tonny Agus Mulyantono, mengatakan dalam perubahan ini, perusahaan akan memayungi berbagai proyek energi hijau dengan fokus awal pada pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Studi kelayakan bisnis atas bisnis EBT sedang dalam proses persiapan oleh perseroan bersama pengendali baru," jelas Tonny dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/10).

Langkah ini diambil karena prospek jangka panjang sektor energi hijau dinilai menjanjikan, khususnya pada subsektor geothermal yang terbukti layak secara teknis maupun ekonomis.

Selain itu, adanya lembaga sepertiInternational Renewable Energy Agency (IRENA) dan International Energy Agency (IEA) juga secara rutin menerbitkan Global Geothermal Outlook dan Renewable Energy Market Report yang menunjukkan bahwa energi panas bumi memiliki tingkat keberlanjutan tinggi dan risiko ekonomi yang relatif moderat, terutama dengan dukungan kebijakan pemerintah yang kuat.

Di Indonesia, dukungan terhadap sektor ini juha tampak dari RUPTL PLN 2025–2034 menargetkan 75 persen tambahan kapasitas listrik berasal dari sumber energi terbarukan, seiring pertumbuhan kebutuhan listrik nasional sebesar 6,2 persen per tahun.

Kebijakan tersebut juga diperkuat melalui revisi Perpres 112/2022, pembentukan Bursa Karbon Nasional, serta regulasi teknologi transisi seperti hidrogen hijau dan carbon capture.

"Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan kebutuhan dasar masa depan energi di seluruh dunia. Ada banyak kajian yang memberikan informasi mengenai pentingnya perubahan energi hijau untuk kelangsungan bumi," kata dia.

Tahap Awal Transformasi Bisnis

Pada tahap awal transformasi, Ardhantara akan menyuntikkan aset berbasis EBT ke dalam FUTR melalui anak usaha PT Sejahtera Alam Energy (SAE). Saat ini, SAE tengah menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Gunung Slamet, Jawa Tengah, yang telah memasuki tahap eksplorasi aktif dan pembangunan infrastruktur awal.

Proyek dengan kapasitas potensial mencapai 220 MW ini telah memiliki Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN untuk masa kontrak 30 tahun setelah beroperasi komersial. Tahap pengeboran tambahan (drilling) dengan target 20 MW dijadwalkan dimulai pada 2026, sementara pembangunan pembangkit diproyeksikan selesai dan beroperasi pada 2027.

Pendanaan proyek tersebut akan bersumber dari kas internal, kemitraan strategis, serta dukungan pihak ketiga.

Selain panas bumi, perusahaan menyiapkan proyek PLTS dengan total potensi 130 MW, dimulai dengan proyek awal berkapasitas 3,8 MW.

Sementara itu, untuk memperkuat kinerja keuangan di sisa tahun ini, FUTR mengandalkan PT Hexa Prima Mekanikal (HPM), entitas anak perseroan bergerak di bidang infrastruktur energi, dengan peluang kolanorasi bersama mitra global seperti Siemens dan Rolls-Royce.