Jakarta, FORTUNE - PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) bersiap bertansformasi menjadi holding di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) pasca diakuisisi PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara),
Hal ini akan disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait perubahan kegiatan usaha, sekaligus menjadi bagian dari rencana Right Issue yang ditargetkan terlaksana pada 2026.
Direktur Utama FUTR, Tonny Agus Mulyantono, mengatakan dalam perubahan ini, perusahaan akan memayungi berbagai proyek energi hijau dengan fokus awal pada pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Studi kelayakan bisnis atas bisnis EBT sedang dalam proses persiapan oleh perseroan bersama pengendali baru," jelas Tonny dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (8/10).
Langkah ini diambil karena prospek jangka panjang sektor energi hijau dinilai menjanjikan, khususnya pada subsektor geothermal yang terbukti layak secara teknis maupun ekonomis.
Selain itu, adanya lembaga sepertiInternational Renewable Energy Agency (IRENA) dan International Energy Agency (IEA) juga secara rutin menerbitkan Global Geothermal Outlook dan Renewable Energy Market Report yang menunjukkan bahwa energi panas bumi memiliki tingkat keberlanjutan tinggi dan risiko ekonomi yang relatif moderat, terutama dengan dukungan kebijakan pemerintah yang kuat.
Di Indonesia, dukungan terhadap sektor ini juha tampak dari RUPTL PLN 2025–2034 menargetkan 75 persen tambahan kapasitas listrik berasal dari sumber energi terbarukan, seiring pertumbuhan kebutuhan listrik nasional sebesar 6,2 persen per tahun.
Kebijakan tersebut juga diperkuat melalui revisi Perpres 112/2022, pembentukan Bursa Karbon Nasional, serta regulasi teknologi transisi seperti hidrogen hijau dan carbon capture.
"Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan kebutuhan dasar masa depan energi di seluruh dunia. Ada banyak kajian yang memberikan informasi mengenai pentingnya perubahan energi hijau untuk kelangsungan bumi," kata dia.