Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
CEO Nvidia, Jensen Huang (總統府, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, FORTUNE - Nvidia mencetak sejarah baru di pasar global dengan menjadi perusahaan publik pertama yang melampaui kapitalisasi pasar US$4 triliun. Melansir Fortune.com, lonjakan saham yang mencapai US$164,42 dalam perdagangan intraday pada 9 Juli 2025 ini menandai tonggak penting bagi raksasa semikonduktor asal Silicon Valley tersebut.

Seiring melonjaknya nilai saham, kekayaan pribadi CEO sekaligus pendiri Nvidia, Jensen Huang, juga ikut meroket sebesar US$25 miliar sepanjang tahun ini, menjadikannya salah satu dari 10 orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai US$140 miliar, menurut Bloomberg.

Dalam lima tahun terakhir, saham Nvidia mengalami kenaikan tajam hingga 1.460 persen, dan hampir 18 persen sejak awal 2025. Keunggulan Nvidia dalam industri chip kecerdasan buatan (AI)—khususnya melalui grafis prosesor (GPU)—menjadi mesin utama pertumbuhan ini. Teknologi GPU mereka kini menjadi tulang punggung untuk machine learning, data center, dan large language models, serta sangat penting bagi perusahaan teknologi global seperti Microsoft, Amazon, Meta, dan Alphabet.

Dominasi Nvidia di pasar AI juga tercermin dari bobot sahamnya yang kini menjadi yang terbesar di indeks S&P 500, melampaui Apple dan Microsoft. Optimisme terhadap masa depan Nvidia pun terus meningkat. “Nvidia berada di ujung awal dari gelombang emas berikutnya dalam AI generatif,” ujar Ananda Baruah dari Loop Capital, yang memperkirakan kapitalisasi pasar perusahaan ini bisa melewati US$6 triliun dalam beberapa tahun mendatang, melansir Fortune.com.

Seiring pencapaian luar biasa tersebut, Jensen Huang akan melakukan kunjungan penting ke Beijing, Cina. Financial Times melaporkan, Huang dijadwalkan menghadiri International Supply Chain Expo mulai Rabu, 16 Juli dan bertemu dengan pejabat tinggi pemerintah Cina. Lawatan ini terkait rencana peluncuran chip AI baru yang dirancang khusus untuk pasar Cina.

Chip terbaru itu merupakan versi modifikasi dari Blackwell RTX Pro 6000—prosesor andalan Nvidia—yang telah disesuaikan agar memenuhi aturan ekspor yang diperketat oleh pemerintahan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Langkah ini menunjukkan keseriusan Nvidia dalam menggarap pasar Asia, sekaligus upaya strategis untuk mempertahankan dominasinya di tengah lanskap geopolitik yang kian kompleks. Dengan pencapaian monumental dan ekspansi yang agresif, Nvidia tidak hanya mempertegas posisinya sebagai pemimpin global di bidang AI, tetapi juga membuka babak baru dalam diplomasi teknologi antara Amerika Serikat dan Cina.

Editorial Team