Jakarta, FORTUNE - Beberapa tahun belakangan, tumbler, terutama yang berinsulasi, tidak saja berfungsi sebagai wadah pembawa minuman, tapi juga penanda gaya hidup.
Salah satu jenama yang turut mewarnai kompetisi pada sektor ini di Indonesia adalah frank green, yang berasal dari Australia. Berdiri sejak 2013, frank green mulai tersedia di Indonesia pada 2025.
Fortune Indonesia mewawancarai Firman, CEO Maestro Nexindo Retail, distributor resmi frank green di Indonesia, mengenai alasannya membawa brand negara Kangguru tersebut ke Indonesia, serta pandangannya mengenai industri tumbler saat ini.
Apa latar belakang Maestro Nexindo Retail melakukan distribusi frank green?
Pertama kali kami diundang ke kantor pusatnya di Melbourne, lalu kami paparkan tentang pasar [tumbler] Indonesia. Setelah itu, kami diajak ke gudang frank green.
Kami dikenalkan dengan berbagai bagian tumbler, mulai dari base hingga lid. Kemudian tim kami disuruh membuat tumbler kami sendiri. Experience itu yang mau kami bawa ke Indonesia. Walaupun ini pop-up store, tapi kami berharap [konsumen] dapat merasakan experience yang sama.
Customer bukan hanya membeli tumbler, melainkan menciptakan tumbler-nya sendiri. Makanya [tagline frank green] 'made by us, style by you'. Jadi, customer bisa styling masing-masing sesuai karakter dan keinginan.
Apa tantangan membawa frank green ke Indonesia?
Yang pertama, kami sadar bahwa kami bukan yang pertama di pasar, karena sudah banyak sekali premium tumbler di Indonesia.
Kedua, proses membawa frank green ke Indonesia yang cukup singkat menjadi tantangan utama.
Kami berdiskusi dengan prinsipal frank green pada akhir September [2025], kemudian Desember kami sudah launch di Indonesia. Kurang dari tiga bulan persiapan.
Di tengah prosesnya yang singkat, kami tidak menyangka banyak yang telah menunggu brand ini.
Berarti bisa dikatakan antusiasme pasar di Indonesia cukup besar?
Lumayan. Kalau di Australia, karena mereka sudah 11 tahun, [antusiasme pasarnya] sudah cukup besar. Distribusinya kalau di Australia itu lewat departmen store, kemudian online.
Bisa dikatakan antusiasme [pasar Indonesia] berlebih. Experience pembelian melalui toko fisik tidak bisa disamakan dengan website.
Awal-awal kami buka toko, justru kami harus beradaptasi dengan spending time calon pembeli. Karena rata-rata lebih dari 1 jam. Banyak yang sudah di depan kasir, tapi pilihan berubah lagi. Tapi untuk kami, hal itu merupakan good problem.
Orang senang dan nyaman. Mereka berpikir tumbler ini memang mereka pakai. Jadi, belinya tidak asal-asalan dan penuh pertimbangan.
Harapan kami adalah, mereka akan menggunakan tumbler ini, bukan sekadar beli untuk gaya-gayaan. Range harganya Rp500.000-800.000. Dibilang mahal banget, enggak, tapi dibilang murah juga enggak. Affordable dengan kualitas dan segala macam.
Pasar spesifik apa yang ingin disasar frank green?
Pengguna tumbler itu rentang usianya lumayan lebar. Anak-anak sekolahan sampai anak kecil pun sekarang sudah pakai. Kemudian, Gen Z pasti, karena mereka aktif. Kemudian juga kami ada beberapa customer yang dewasa karena memang sekarang sudah menjadi kebutuhan.
Sekarang juga kami banyak sekali dapat customer dari sisi corporate.
frank green hadir di tengah kompetisi sengit industri tumbler di Indonesia. Bagaimana strategi frank green untuk tetap relevan di pasar?
Yang pertama, ini kebetulan prinsip. Dari industri-industri sebelumnya yang saya handle, saya tidak pernah melihat produk lain sebagai pesaing. Kenapa? Karena sangat percaya semua orang tuh punya pasarnya. Jadi, fokus kami sebenarnya adalah menggapai pasar kami.
Pasar kami saja belum kami datangi, kenapa harus mengejar orang lain?
Fokus kami sebenarnya adalah fokus pada kelebihan produk sih.
Personalisasi untuk orang zaman sekarang penting sekali. Semua orang ingin custom, dan engrave nama. Itu adalah hal yang kami coba akomodir. Harapannya, pasarnya akan tumbuh.
Penjualan frank green paling besar menyasar ke B2B atau B2C? Jika B2C, berapa persen segmen offline dan online menyumbang total pendapatan?
Offline masih lumayan kuat. Pembelian lumayan banyak, seperti korporasi lumayan banyak pesan untuk merchandise.
Bagaimana target penjualan frank green tahun ini?
Kalau bicara produk, sebenarnya customer lebih mikir produk ini sebagai lifestyle product. Tapi hal kecil tetap keren, [yakni untuk bisa] berkontribusi terhadap sustainability.
Makanya kalau pertanyaan adalah target penjualannya berapa, target kami tahun ini sebenarnya menjadi top of mind untuk sustainability product. Baru sampai di situ sih.