Alami Penurunan, Maybank Group Catatkan Laba Bersih Rp5,68 triliun
Jakarta,FORTUNE- Maybank Group mencatatkan laba bersih senilai RM1,68 miliar atau atau setara Rp5,68 triliun. Angka itu lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya di RM1,95 miliar Rp6,6 triliun.
Dalam laporannya, penurunan laba terjadi akibat penurunan pendapatan fee sebesar 26,6 persen menjadi RM1,43 miliar atau senilai Rp4,84 triliun.
Hal itu terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan investasi dan trading, serta peningkatan net impairment losses akibat pencadangan provisi tambahan secara proaktif. Pencadangan itu dilakukan secara aktif dengan mempertimbangkan berbagai tingkatan pembatasan mobilitas yang diterapkan di Malaysia, Singapura dan Indonesia selama kuartal ketiga tersebut.
"Laba operasional Grup sebelum provisi (PPOP) tercatat turun menjadi RM3,33 miliar dari RM3,37 miliar pada kuartal ketiga 2020," kutip siaran pers yang diterima Fortune Indonesia, Minggu malam (28/11).
Sementara itu, pendapatan operasional bersih (net operating) untuk kuartal ketiga 2021 masih tumbuh tipis sebesar 1,2 persen menjadi RM6,15 miliar dari RM 6,08 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didukung oleh kenaikan pendapatan net fund based sebesar 14,3 persen Y-o-Y menjadi RM4,72 miliar.
Chairman Maybank, Tan Sri Dato’ Sri Zamzamzairani Mohd Isa menambahkan, terlepas adanya dampak pembatasan mobilitas pada kinerja Grup, tingkat likuiditas yang kuat diharapkan dapat mendorong Grup untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di tengah kondisi ekonomi yang mulai bergairah.
“Seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di Malaysia pada kuartal keempat 2021, disertai dengan program vaksinasi yang terus meningkat, dan laju bisnis serta mobilitas masyarakat yang kian bergairah," katanya.
Kredit Maybank Group tumbuh 4,0%
Sementara itu, untuk total kredit Grup (gross) masih tumbuh 4,0 persen Y-o-Y per 30 September 2021. Pertumbuhan ditopang oleh kredit di Singapura dan Malaysia masing-masing sebesar 11,3 persen dan 2,2 persen, sedangkan kinerja kredit di Indonesia turun 9,9 persen.
Pertumbuhan kredit di kedua pasar tersebut disumbangkan terutama dari segmen Community Financial Services (CFS), yang mencatat peningkatan sebesar 10,7 persen di Singapura dan 3,8 persen di Malaysia.