Jakarta, FORTUNE - Ancaman resesi, tingginya inflasi, hingga pengetatan likuiditas semakin memojokkan ekonomi banyak negara menuju pelemahan bahkan berpotensi menciptakan krisis.
Bahkan, pada Laporan Prospek Ekonomi Global dari Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terjun bebas dari 5,7 persen pada 2021 menjadi 2,9 persen pada 2022.
Oleh karena itu, Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Budi Hikmat mengimbau kepada seluruh pelaku bisnis dan ekonomi mewaspadai kondisi pelemahan tersebut yang berpotensi menjadi krisis di 2023.
"Kami mengkhawatirkan saat ini sebetulnya, dunia mengarah pada suatu krisis baru. Krisisnya nanti apakah sebaran, kemudian kedalaman atau keparahan, dan durasi, kemungkinan besar ini lebih luas, lebih dalam dan lebih lama," kata Budi melalui webinar Bahana TCW di Jakarta, Rabu (30/11).
Bahkan, probabilitas terjadinya resesi di AS sudah mendekati 60 persen, demikian juga di Eropa. Pemicu utama dari kondisi ekonomi AS dan Eropa adalah tingginya harga energi dan bahan makanan, serta kebijakan moneter yang diambil akan semakin ketat.