Warga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
Jika Silicon Valley Bank bangkrut, dampaknya akan meluas. Kejatuhan bank swasta itu ditengarai dapat membekukan seluruh usaha dan ekosistem pasar swasta, membatasi niat perusahaan untuk menarik kredit, dan mencegah aksi kesepakatan. Bahkan, para pendiri perusahaan yang baru saja mengumpulkan modal jutaan dolar mungkin tidak memiliki akses terhadap modal tersebut untuk beberapa waktu.
“Jika akun tersebut dibekukan, kesepakatan tidak dapat dipenuhi, perangkat lunak tidak dapat dibayar—penundaan semacam ini, bahkan dalam beberapa minggu, dapat menjadi bencana besar bagi bisnis,” kata seorang investor ventura kepada Fortune.
Di sisi lain, krisis Silicon Valley Bank ini ditengarai karena imbas kenaikan suku bunga acuan. Melansir BBC, di pasar yang lebih luas, muncul kekhawatiran tentang nilai obligasi perbankan yang turun—dan menjadi kurang berharga—seiring kenaikan suku bunga.
Bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS dan Bank of England, telah mengerek suku bunga secara tajam demi mengendalikan inflasi tinggi.
Sementara, perbankan cenderung memiliki portofolio obligasi yang besar. Memang, turunnya nilai obligasi yang dipegang bank belum tentu menjadi masalah kecuali mereka terpaksa menjualnya.
Namun, jika bank seperti Silicon Valley Bank, harus jual rugi obligasi yang mereka pegang, hal itu bisa berdampak pada profitnya.
"Bank-bank adalah korban dari kenaikan suku bunga," kata Ray Wang, pendiri dan kepala eksekutif konsultan Constellation Research yang berbasis di Silicon Valley kepada BBC. "Tidak seorang pun di Silicon Valley Bank dan di banyak tempat berpikir bahwa kenaikan suku bunga ini akan berlangsung selama ini. Dan saya pikir itulah yang sebenarnya terjadi."