FINANCE

Pajak Karbon Dukung Ekonomi Berkelanjutan

Pajak karbon dikenakan pada penggunaan bahan bakar fosil.

Pajak Karbon Dukung Ekonomi BerkelanjutanPajak Karbon.(ShutterStock/chrisdorney)
31 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pajak karbon dinilai dapat mendorong proses transisi dan transformasi ekonomi hijau dan berkelanjutan. Bahkan, penerapan pajak jenis ini diharapkan mampu menjadi instrumen untuk menuju Indonesia emas pada 2045.

Melansir Kantor Berita Antara, Senin (30/8), Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Amalia Adininggar, mengatakan penerapan ekonomi sirkular yang lebih hijau dengan dorongan pajak karbon dapat menambah Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp593 triliun hingga Rp638 triliun pada 2030.

“Penerapan pajak karbon juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar dunia. Karena tren dunia saat ini barang-barang yang dilabeli dengan produk hijau akan lebih laku di pasar dunia,” kata Amalia.

Tentang Pajak Karbon

Ilustrasi Pajak Karbon.
Ilustrasi Pajak Karbon. (ShutterStock/Elnur)

Pajak karbon adalah salah satu solusi yang saat ini tengah dibahas Pemerintah dan DPR RI untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Menurut IBFD International Tax Glossary (2015), pajak karbon adalah pajak yang dikenakan pada setiap penggunaan bahan bakar fosil. Tujuannya, untuk mengurangi emisi karbon dioksida yang mengurangi dampak pemanasan global, seperti kesepakatan global seluruh negara di dunia dalam Paris Agreement.

Menteri keuangan Sri Mulyani seringkali menyinggung salah satu upaya Indonesia untuk bersiap menghadapi perubahan iklim melalui penerapan pajak karbon. Bahkan, pajak karbon dijadikan sebagai sumber penerimaan baru negara, terutama di masa pasca pandemi Covid-19.

“Penurunan emisi karbon berarti akan ada yang menyuplai dalam bentuk carbon emission dan ada yang meminta. Mekanisme market tentang ini terus dibahas di level global dan Indonesia tidak dalam posisi defensif. Kita justru aktif untuk membangun mekanisme di dalam negeri dan menyiapkan seluruh pihak,” ujar Sri Mulyani dalam ESG Capital Market Summit 2021 pada akhir Juli.

Mengukur pembentukan pasar karbon

Ilustrasi polusi pabrik.
Ilustrasi polusi pabrik. (ShutterStock/Tatiana Grozetskaya)

Related Topics