Tak hanya itu, perang Rusia-Ukraina menjadi tantangan baru bagi dunia. Sebab pasokan barang di global menipis, sehingga harga melonjak dan inflasi tak terhindarkan. "Inflasi naik di berbagai negara, diikuti kenaikan suku bunga acuan dari negara-negara maju khususnya," terang Aida.
Pada Juni 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, perkembangan harga komoditas pangan global yang meroket telah berdampak terhadap harga di tingkat konsumen Indonesia. Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, kenaikan harga tepung terigu dan kedelai di dalam negeri. Kenaikan harga tepung terigu memberikan andil inflasi ke Indonesia sebesar 0,0008 persen dan produk turunan kedelai seperti tempe memiliki andil inflasi 0,0052 persen.
"Ini perlu diwaspadai kalau harga internasional terus meningkat terutama untuk barang-barang impor pangan, akan berdampak pada harga-harga terutama di industri turunannya," jelas Margo dalam konferensi pers, Kamis (2/6).
Margo mengatakan perang Rusia dan Ukraina menjadi pemicu utama kenaikan harga energi dan pangan global beberapa bulan terakhir. Perang di Ukraina turut mengganggu rantai pasok perdagangan global, sehingga meningkatkan tekanan kenaikan harga-harga di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Sejumlah harga pangan dunia melanjutkan kenaikan sampai dengan bulan April. Harga gandum naik 1,85 persen dibandingkan bulan sebelumnya, harga jagung naik 3,77 persen dan kedelai 0,03 persen.
Sebaliknya, harga energi menunjukkan penurunan secara bulanan, harga minyak mentah terkoreksi 7,99 persen pada April, CPO turun 5,3 persen dan gas alam turun 24,03 persen. Kenaikan harga-harga ini akan menimbulkan tekanan berupa kenaikan inflasi global.
Adapun hingga Kamis (28/7) pagi, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen sampai 2,5 persen. Hal itu dilakukan demi menekan inflasi di Negeri Paman Sam. Diketahui inflasi AS tembus 9,1 persen pada Juni 2022 atau menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Di sisi lain, BI masih menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada Juli 2022. Selain suku bunga acuan, bank sentral juga kembali menahan suku bunga deposite facility tetap sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap di level 4,25 persen. Bank sentral RI baru akan mengerek bunga acuan jika inflasi inti di dalam negeri melonjak.