Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Gambar logo dan gedung Bank Indonesia
Gambar logo dan gedung Bank Indonesia

Intinya sih...

  • BI memutuskan menahan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 4,75 persen pada Desember 2025.

  • Nilai tukar rupiah relatif stabil dan diprakirakan akan tetap stabil didukung oleh imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

  • Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan melemah menjadi 3,0 persen pada 2026, BI membuka peluang penurunan bunga acuan di tahun mendatang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau  BI-Rate sebesar 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Desember 2025. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan berbagai risiko serta menjaga stabilitas ekonomi.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menilai, ketidakpastian ekonomi global masih membayangi pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir. Dengan demikian, keputusan ini diambil sebagai upaya memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh.

“Ketidakpastian perekonomian global diprakirakan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah. Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik,” kata Perry saat konferensi pers RDG secara virtual di Jakarta, Rabu (17/12).

BI klaim nilai tukar rupiah relatif stabil

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) menggelar Penukaran Uang Pecahan di pelataran Gedung Utama pada Selasa (11/4/2023). (Dok. Kemendes PDTT)

Perry menjelaskan, nilai tukar rupiah pada 16 Desember 2025 berada pada level Rp16.685 per dolar AS, atau relatif stabil bila dibandingkan dengan level akhir November 2025. Ia menyatakan, perkembangan nilai tukar rupiah masih sejalan dengan pergerakan mata uang regional dan mitra dagang Indonesia, bahkan tercatat menguat bila dibandingkan dengan mata uang negara maju, kecuali AS. 

“Perkembangan ini didukung oleh langkah stabilisasi Bank Indonesia melalui intervensi pasar  Non-Deliverable Forward baik di off-shore maupun on-shore di pasar spot, dan pembelian SBN di pasar sekunder serta inflows pada saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia,” kata Perry.

Selain itu, tambahan pasokan valas dari korporasi, termasuk dari peningkatan konversi valas ke Rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA), juga mendukung tetap terkendalinya nilai tukar Rupiah.

“Nilai tukar Rupiah diprakirakan akan stabil didukung oleh imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Perry.

Ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh 3%, BI buka peluang penurunan bunga acuan di 2026

Ekonomi Global

Sementara itu, BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 3,2 persen yang dipengaruhi oleh kenaikan ekonomi Jepang dan India yang didukung konsumsi rumah tangga dan kebijakan stimulus fiskal.

“Pada 2026, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan melemah menjadi 3,0 persen dipengaruhi dampak lanjutan tarif resiprokal AS dan kerentanan rantai pasok global,” kata Perry.

Sementara itu, BI melihat ekonomi AS pada 2025 masih melambat dipengaruhi dampak temporary government shutdown dan pelemahan pasar tenaga kerja. Di pasar keuangan global, Fed Funds Rate (FFR) turun 25 bps pada Desember 2025 dengan kecenderungan penurunan yang lebih terbatas ke depan. 

Kondisi ini, lanjut Perry, membuat tingkat imbal hasil (yield) US Treasury tenor 2 tahun cenderung bergerak naik, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun tetap tinggi sejalan dengan tingginya tingkat utang Pemerintah AS. Dengan demikian, BI membuka peluang penurunan bunga acuan pada 2026 mendatang.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut,” kata Perry.

Dalam rapat tersebut juga diputuskan penahanan suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen serta suku bunga lending facility sebesar 5,50 persen. Ke depannya, lanjut Perry, arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran akan tetap mempertahankan stabilitas dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Editorial Team