Kantor cabang BNC (Dok. Bank Neo Commerce)
Sementara itu, penyaluran kredit BNC tercatat terkoreksi 10,3 persen (yoy) dari Rp9,02 triliun menjadi Rp8,09 triliun di semester I-2025. Meski demikian, kualitas aset BNC menunjukkan perbaikan yang baik, yang mana rasio kredit bermasalah (NPL) gross turun dari 3,88 persen pada Juni 2024 menjadi 3,10 persen di Juni 2025. Serta untuk NPL net turun dari 1,28 persen menjadi 0,32 persen.
Eri menyebut fokus bank adalah tetap pada pertumbuhan yang sehat, berkelanjutan dengan prinsip kehati-hatian mengingat kondisi ekonomi yang masih penuh dinamika.
“Kami tetap melakukan upaya pertumbuhan dari sisi bisnis secara pruden dan terdiversifikasi sebagai upaya untuk meningkatkan aset dan penyaluran kredit. Dalam situasi ekonomi yang masih banyak tantangan ini, BNC berusaha untuk meningkatkan ekspansi bisnis," kata Eri.
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) juga masih menunjukkan tren positif yang ditandai dengan pertumbuhan giro yang meningkat sebesar 44,7 persen (yoy) menjadi Rp686,97 miliar. Eri mengklaim peningkatan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan nasabah terhadap layanan transaksi dan pengelolaan dana BNC.
Meski demikian, secara total DPK sedikit terkoreksi dari Rp14,76 triliun di akhir Juni 2024, menjadi Rp13,33 triliun di Juni 2025.
“Kami sedang menyiapkan berbagai produk dan layanan yang semakin komprehensif untuk menjawab berbagai kebutuhan finansial masyarakat," kata Eri.
Modal inti dan ekuitas BNC juga terus tumbuh, masing-masing menjadi Rp3,67 triliun dan Rp3,89 triliun di akhir Semester I 2025. Eri menyebut tren ini menunjukkan posisi permodalan Bank yang semakin kuat, didukung oleh rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 41,27 persen. Peningkatan permodalan bank sejalan dengan pertumbuhan laba bank secara organik.