Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Shutterstock/Alexey Lesik

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$5,09 miliar pada Juni 2022. Sementara secara kumulaitf, sejak Januari hingga Juni, surplus neraca perdagangan mencapai US$24,89 miliar, atau naik 110,22 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan capaian tersebut menunjukkan adanya windfall profit yang dinikmati Indonesia sepanjang tahun ini. 

"Ekspor dan impor sampai dengan Semester I-2022 ini tumbuh cukup impresif dan surplus kita 1 semester tumbuh sangat tinggi. Ini akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya di triwulan II-2022," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (15/7).

Margo memerinci, surplus neraca perdagangan disumbang oleh neraca nonmigas sebesar US$7,23 miliar. Dilihat dari komoditas utama, surplus pada neraca nonmigas disumbang oleh bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan (nabati), serta besi dan baja. Itu adalah komoditas penyumbang surplus di bulan Juni," katanya.

Sebaliknya untuk neraca migas, perdagangan mencatatkan defisit US$2,14 miliar yang andil terbesarnya berasal dari komoditas minyak mentah dan hasil minyak.

Adapun komoditas yang paling banyak memberikan andil terhadap surplus neraca perdagangan di bulan Juni lalu, kata Margo, adalah minyak sawit.

"Jadi grafik menunjukkan bahwa andil atau pergerakan surplus dari minyak sawit terhadap surplus bulanan. Dari minyak sawit, di bulan Juni memberikan kontribusi 54 persen terhadap surplus neraca perdagangan bulan Juni. Jadi surplus bulan Juni itu 54 persennya berasal dari minyak sawit," jelasnya.

Surplus dan defisit dengan mitra dagang

Editorial Team