Di sisi lain, menurut ekonom sekaligus Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, struktur cadangan devisa berisiko terguncang karena dua faktor. Berikut perinciannya.
- Kinerja ekspor terganggu akibat krisis kontainer, membuat bahan baku dan pengiriman barang terhambat.
- Tapering off The Fed yang berisiko 'larinya' dana asing sehingga memicu penurunan cadangan devisa. Terlebih, tapering off akan dibarengi oleh kenaikan tingkat suku bunga negara maju.
Bhima menilai, BI mesti menjaga rupiah supaya pelemahannya terkendali. Dari segi penerbitan utang luar negeri, pemerintah dihadapkan dengan kondisi dilematis. Di mana jika bunga SBN (surat berharga negara) tidak naik, maka akan ditinggal oleh investor. Sementara bila teralalu tinggi, beban utang akan menjadi catatan negatif bagi pemerintah.
"Ini momentum yang krusial setidaknya sampai 2023," katanya melalui pesan tertulis kepada Fortune Indonesia, Jumat (5/11).