Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi penyaluran kredit perumahan. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Rabu (16/3) waktu setempat. Kebijakan tersebut tentunya akan berdampak terhadap perekonomian nasional. 

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira bahkan menyatakan kenaikan bunga acuan tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan beban masyarakat. 

"Kenaikan suku bunga ini merupakan kondisi yang dapat memicu terjadinya tekanan ekonomi baik di AS maupun di negara berkembang, karena konsumen sebenarnya belum siap hadapi kenaikan suku bunga," kata Bhima kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (17/3). 

Kenaikan bunga The Fed bakal ganggu ekonomi RI

Hal tersebut menurutnya sangat disayangkan, padahal indeks keyakinan konsumen (IKK) per Februari 2022 justru mengalami pelemahan. Bhima menyebut, risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa kembali terjadi. "Dan proyeksi pertumbuhan sulit mencapai 5 persen," ujarnya. 

Bhima menjelaskan, imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia juga masih mengalami kenaikan bahkan sebelum adanya pengumuman dari Fed. Tercatat dari data ADB, imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik 37.2 bps sejak awal 2022 menjadi 6.75 persen. 

"Naiknya imbal hasil mengindikasikan risiko surat utang dalam tren meningkat. Investor juga menekan pemerintah untuk segera naikkan kupon surat utang SBN sebagai kompensasi atas naiknya suku bunga secara global," katanya. 

Kenaikan bunga The Fed bisa kerek bunga KPR

Editorial Team

Tonton lebih seru di