Berdasarkan analisis PIER, perekonomian Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan tetap stabil meskipun ketidakpastian global terus berlanjut dan kebijakan moneter mengalami penyesuaian. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen sebagai upaya menjaga kestabilan inflasi, yang diprediksi berada dalam rentang 2,0 - 2,5 persen sepanjang 2025.
Ada sejumlah faktor yang berpotensi memengaruhi proyeksi tersebut meliputi dinamika kebijakan ekonomi global, kestabilan nilai tukar, serta efektivitas langkah-langkah pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi domestik.
Meskipun demikian, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Menilik sepanjang 2024, Josua mengatakan ketidakpastian ekonomi global menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perlambatan di beberapa negara mitra dagang utama, seperti Cina, berdampak langsung terhadap ekspor nasional.
Selain itu, fluktuasi harga komoditas utama, seperti batubara dan minyak sawit mentah (CPO), turut memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Pada tahun 2024, surplus perdagangan tercatat sebesar US$31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2023 yang mencapai US$36,89 miliar.
Dari sisi kebijakan moneter dan fiskal, Bank Indonesia tetap menerapkan kebijakan moneter yang ketat guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, yang saat ini berada di kisaran Rp16.330 per dolar AS.
Di sisi lain, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan prioritas, terutama untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi. Langkah ini mencakup keberlanjutan kebijakan hilirisasi, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri nasional serta menarik lebih banyak investasi asing.
Di tengah berbagai kebijakan tersebut, konsumsi domestik masih menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tetap berada di zona optimis, meskipun masih terpengaruh oleh inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.
"Stabilitas harga barang kebutuhan pokok serta dukungan kebijakan pemerintah dalam menjaga kesejahteraan masyarakat menjadi faktor penting dalam mempertahankan konsumsi domestik," katanya.