ilustrasi belanja bersama anak (pexels.com/Gustavo Fring)
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tumbuh solid 5,12 persen (yoy). Level ini lebih tinggi dibandingkan 4,87 persen pada kuartal sebelumnya dan melampaui konsensus pasar sebesar 4,80 persen.
Josua menyebut capaian ini menandai laju pertumbuhan tercepat sejak kuartal II-2023 yang didorong oleh penguatan investasi dan konsumsi rumah tangga, meskipun belanja pemerintah masih mengalami kontraksi.
"Pertumbuhan di atas ekspektasi ini mencerminkan ketahanan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global. Investasi swasta, khususnya pada mesin dan peralatan, melonjak signifikan, sejalan dengan meningkatnya impor barang modal dan percepatan sejumlah proyek infrastruktur," jelas Josua.
Sepanjang kuartal II-2025, investasi tumbuh 6,99 persen (yoy), tertinggi sejak awal 2021, dengan pertumbuhan signifikan pada kategori mesin dan peralatan sebesar 25,30 persen dan bangunan serta struktur sebesar 4,89 persen.
Konsumsi rumah tangga juga tumbuh 4,97 persen (yoy), sedikit meningkat dari kuartal sebelumnya, terutama pada sektor transportasi & komunikasi, makanan & minuman, serta restoran & hotel.
Dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor Indonesia naik 10,67 persen (yoy) dan impor naik 1,65 persen (yoy) mencerminkan aktivitas front-loading oleh mitra dagang. "Mereka membeli produk impor lebih awal dan menumpuknya menjelang implementasi tarif timbal balik AS," kata Josua.
Sedangkan, sektor manufaktur, perdagangan, informasi & komunikasi, serta konstruksi juga masih menjadi kontributor pertumbuhan, sementara sektor jasa lainnya mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11,31 persen (yoy).