Konsep PDB pertama kali diusulkan pada 1937 dalam sebuah laporan untuk Kongres Amerika Serikat (AS) sebagai tanggapan atas Krisis Malaise yang terjadi di dalam negeri. Laporan ini disusun dan dipresentasikan oleh seorang ekonom di Biro Riset Ekonomi Nasional, Simon Kuznets.
Sebelum konsep PDB digunakan untuk mengukur perekonomian nasional, sistem pengukuran yang digunakan pada masa lalu adalah PNB atau produk nasional bruto. Setelah konferensi Bretton Woods pada 1944, PDB secara luas diadopsi sebagai standar untuk mengukur perekonomian nasional. Ironisnya, AS baru menggunakan PDB sebagai acuan pengukur perekonomiannya pada 1991.
Sekitar 1950-an, beberapa ekonom dan pembuat kebijakan mulai mempertanyakan PDB. Saat digunakan sebagai indikator mutlak kegagalan atau keberhasilan perekonomian suatu negara, PDB belum mampu memperhitungkan kesehatan, kebahagiaan, kesetaraan, dan faktor-faktor penyusun kesejahteraan masyarakat lainnya.
Namun, sebagian besar otoritas, seperti Arthur Okun, seorang ekonom untuk Dewan Penasihat Ekonomi Presiden John F. Kennedy, berpegang teguh pada keyakinan bahwa PDB adalah indikator mutlak keberhasilan ekonomi. Ia mengklaim bahwa setiap kenaikan PDB, akan ada konsekuensi yang sesuai, yakni penurunan pengangguran.