Sejumlah nasabah BPR Jepara Artha melihat daftar nama pembayaran klaim simpanan yang diumumkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jepara, Jawa Tengah, Rabu (5/6/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)
Menanggapi tren tersebut, Pengamat Perbankan sekaligus Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan menyambut positif tren masuknya keluarga konglomerat ke bisnis bank rural.
“Bila banyak keluarga konglomerat masuk tentu bagus untuk perkembangan bisnis, yang penting adalah orientasinya kepada perbaikan bisnis BPR,” kata Trioksa ketika dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Senin (27/10).
Trioksa menyebut para pelaku usaha memiliki pertimbangan khusus untuk masuk ke industri BPR. Namun Ia berharap niat masuknya konglomerat ke bisnis BPR bisa berkelanjutan dan tidak hanya mengikuti tren belaka. Dengan demikian, Ia berharap aksi korporasi ini semakin meningkatkan perkembangan bisnis BPR secara nasional di tengah ramainya BPR yang tumbang karena bangkrut.
Mengutip laporan keuangan perseroan, hingga September 2025 BPR Berkat Artha Melimpah mampu membalikkan kerugian Rp535 juta menjadi laba Rp22,7 juta. Realisasi penyaluran kredit BPR Berkat juga melonjak tajam dari Rp107 juta menjadi Rp56,79 miliar.
Bila melihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada semester I-2025, aset industri BPR nasional masih tumbuh 4,71 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp205,58 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR juga naik 3,98 persen (YoY) mencapai Rp 144,89 triliun sedangkan untuk kredit BPR mencapai Rp 152,90 triliun atau tumbuh 5,73 persen (YoY).