Jakarta, FORTUNE – Terlepas dari sentimen The Fed dan ECB soal peluang menaikkan tingkat suku bunga global yang kian hawkish, Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 3,50 persen. Namun, sampai kapan BI akan mempertahankan kebijakannya tersebut?
Chief Economist for ASEAN at HSBC, Joseph Incalcaterra mengatakan, keputusan BI menahan kenaikan suku bunga diambil guna memastikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri tetap stabil.
“Defisit transaksi berjalan dan inflasi yang terkendali memungkinkan BI menerapkan policy space untuk saat ini,” katanya kepada media, Jumat (11/2).
Selain itu, BI akan menjaga suku bunga kebijakan di tingkat rendah hingga Indeks Harga Konsumen (CPI) menunjukkan tanda-tanda melampaui target. BI juga melihat tekanan CPI hanya akan muncul pada 2023, sehingga akan meninjau perkiraan inflasi pada kuartal III 2022.
Alhasil, untuk defisit transaksi berjalan pada 2022 BI memperkirakan mencapai -1,1 hingga–1,9 persen, sedangkan HSBC memperkirakan defisit di level -1,2 persen. Tak hanya itu, BI pun akan kembali mewujudkan rencana kenaikan RRR 300 bp pada 2022.
Langkah tersebut bertujuan mengimbangi dampak pembelian utang yang masih berjalan. “Kami memperkirakan kenaikan suku bunga 50bp di paruh kedua 2022,” imbuh Joseph.