Jakarta, FORTUNE – Perekonomian Rusia terancam kembali mengalami resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif tahun ini. Hal tersebut merupakan dampak langsung sanksi ekonomi negara-negara Barat akibat serangan ke Ukraina.
JP Morgan Chase & Co, perusahaan induk jasa keuangan dan bank investasi asal Amerika Serikat (AS), misalnya, menaksir perekonomian Rusia akan terkoreksi hingga 35 persen pada kuartal kedua 2022, dan berpotensi anjlok hingga 7 persen pada akhir tahun.
“Isolasi ekonomi dan politik terhadap Rusia jelas akan menyebabkan pertumbuhan lebih rendah dalam jangka panjang,” kata Anatoliy Shal dari JP Morgan dalam sebuah catatan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/3).
Perkiraan koreksi tersebut bakal lebih buruk ketimbang penurunan 3,0 persen pada 2020 atau tahun pertama krisis pandemi virus corona. Sedangkan, pada 2021, ekonomi negara sama ditaksir tumbuh 4,5 persen.
Oxford Economics memperkirakan kontraksi ekonomi Rusia bisa mencapai 6 persen—skenario penurunan yang masuk akal—seiring tekanan terhadap pasar keuangan negara tersebut. Bahkan, koreksi bisa berlanjut hingga 7 persen tahun berikutnya jika perang berlarut-larut dan sanksi ekonomi lebih keras.
Namun, dampak ekonomi bagi Ukraina akan lebih buruk lagi karena kerusakan infrastruktur besar-besaran akibat serangan Rusia. Penurunan ekonomi Ukraina hingga 60 persen diperkirakan mungkin terjadi.
Peristiwa tersebut juga berpotensi menyusutkan perekonomian wilayah Eropa dan Inggris sekitar 0,5 poin persentase lonjakan harga gas.