Indeks Literasi Lebih Rendah Ketimbang Inklusi Keuangan Masyarakat RI

Intinya sih...
Indeks literasi keuangan masih lebih rendah daripada inklusi keuangan di Indonesia pada 2025, dengan level literasi mencapai 66,46% dan inklusi mencapai 80,51%.
Petani, peternak, pekebun, dan nelayan termasuk profesi dengan literasi keuangan rendah, terutama bagi masyarakat berpendidikan rendah seperti tamatan SMP ke bawah.
Lembaga jasa keuangan perbankan menjadi produk yang paling dipahami oleh masyarakat dengan level literasi sebesar 65,50%, meski masih jauh dari target Pemerintah untuk meningkatkan indeks literasi hingga inklusi keuangan.
Jakarta,FORTUNE – Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) terbaru pada 2025 menunjukan bahwa indeks literasi masih lebih rendah ketimbang inklusi keuangan pada masyarakat Indonesia.
Secara berkelanjutan, level literasi keuangan nasional mencapai 66,46 persen sedangkan untuk inklusi telah mencapai 80,51 persen di 2025. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan layanan keuangan namun belum teredukasi terkait informasi produk keuangan.
Petani & nelayan masih miliki literasi keuangan yang rendah
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan, sejumlah profesi masih memiliki tingkat literasi keuangan rendah, misalnya petani hingga nelayan.
"Jika dilihat berdasarkan pendidikan, masyarakat dengan pendidikan rendah yaitu tamatan SMP derajat ke bawah. Kalau berdasarkan pekerjaan sehari-hari yang lebih rendah daripada literasi secara nasional adalah petani, peternak, pekebun dan nelayan,” kata Friderica saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/5).
Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan, yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.
Sedangkan, inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pemanfaatan atas produk atau layanan pelaku usaha sektor keuangan yang terjangkau, berkualitas, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan masyarakat.
Perbankan jadi produk yang paling dipahami masyarakat
Bila dilihat dari jenis produknya, lembaga jasa keuangan perbankan menjadi produk yang paling dipahami atau tinggi literasinya di masyarakat dengan level 65,50 persen di SNLIK 2025. Disusul oleh Pergadaian 54,74 persen dan urutan ketiga lembaga pembiayaan sebesar 46,66 persen.
Meski masih jauh dari target pemerintah, OJK akan terus berupaya meningkatkan indeks literasi hingga inklusi keuangan masyarakat agar memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Seperti diketahui, pemerintah juga telah mencanangkan target keuangan inklusif dan literasi keuangan untuk jangka menengah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2025-2029. Dengan rincian target penggunaan akun yang diharapkan meningkat sebesar 1 persen tiap tahun mulai dari 91 persen di tahun 2025 hingga 95 persen pada tahun 2029.