Dalam kesempatan sama, pemerintah India juga mengumumkan niatnya untuk menerapkan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency) atau rupee digital. Menurut Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman, bank sentral akan memperkenalkan mata uang digital pada tahun berikutnya dengan menggunakan blockchain dan teknologi pendukung lainnya.
“Pengenalan mata uang digital bank sentral akan memberikan dorongan besar bagi ekonomi digital. Mata uang digital juga akan mengarah pada sistem pengelolaan mata uang yang lebih efisien dan lebih murah,” ujarnya. Menurut Investopedia, mata uang digital bank sentral/CBDC ini mengacu kepada bentuk virtual atau elektronik dari sebuah mata uang fiat. CBDC merupakan catatan elektronik atau token digital dari mata uang resmi yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) dalam suatu negara.
Pada 2016, pemerintah India sempat menghapus sebagian besar mata uang kertas yang beredar untuk memerangi korupsi, tetapi langkah itu memicu gejolak yang meluas dalam perekonomian. Sejak itu, pemerintah Modi telah mempromosikan pembayaran digital sembari mengkaji peluncuran mata uang digitalnya sendiri yang dapat diawasi secara ketat. T. Rabi Sankar, pejabat senior Reserve Bank of India, mengatakan tahun lalu bahwa India harus mengembangkan rupee digital untuk mencegah popularitas kripto yang diperdagangkan secara publik dan sulit dilacak.
India bisa jadi menambah lis negara yang menggunakan mata uang digital. Cina, misalnya, telah menguji coba yuan digitalnya dalam dua tahun terakhir. Terhangat, pemerintah Cina juga menyediakan yuan digital sebagai salah satu dari tiga metode pembayaran pada Olimpiade Musim Dingin bulan ini. Pemerintah Nigeria bahkan sudah meluncurkan mata uang digitalnya, yakni e-Naira, pada Oktober tahun lalu. Eropa dan Amerika Serikat juga telah menjajaki hal sama. Namun, keduanya menekankan pentingnya mengurangi risiko keuangan dari dampak mata uang elektronik apa pun.