Di sisi lain, BRI bakal tetap fokus pada straregi prioritas ekspansi pada tahun mendatang. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, GWM secara gradual hingga level 6,5 persen pada September 2022 akan berdampak pada percepatan normalisasi likuiditas perbankan menuju level pra-pandemi Covid-19.
"Dengan didukung kebijakan makroprudensial yang akomodatif melalui penerapan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) dan penguatan kebijakan transaparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), maka strategi ekspansi masih menjadi salah satu prioritas utama perbankan pada tahun 2022," kata Aestika kepada Fortune Indonesia, (24/1).
Khusus di BRI, likuiditas berada masih dalam kondisi yang ample dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di kisaran 83 persen. Sehingga Aestika meyakini masih terdapat ruang penyaluran kredit dan pembiayaan pada sektor riil.
BRI juga optimistis kredit dapat tumbuh 8 persen hingga 10 persen secara Year on Year (YoY) di 2022. Optimisme pertumbuhan kredit ini didasari oleh 2 alasan utama, yakni likuiditas BRI yang dalam kondisi ample serta kecukupan modal pasca right issue dalam rangka holding ultra mikro.
"Dari hasil right issue senilai total Rp 95,9 triliun tersebut, BRI mendapatkan cash senilai Rp 41 triliun," pungkas Aestika.