Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan/Dok Superbank
Sebagai bank digital, Superbank masih mencatatkan kerugian bersih senilai Rp34,56 miliar pada kuartal I-2023. Kondisi tersebut berbanding terbalik saat kuartal I-2023 yang masih mencatatkan laba Rp7,05 miliar. Kondisi tersebut terjadi lantaran adanya kenaikan sejumlah beban seperti beban promosi yang naik 1.100 persen menjadi Rp624 juta.
Sementara itu, beban tenaga kerja juga naik menjadi Rp77,41 miliar. Di sisi lain, margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) Superbank melonjak 347 basis poin (bps) menjadi 7,06 persen. Sehingga, pendapatan bunga bersih miliknya mencapai Rp65,42 miliar di tiga bulan pertama tahun 2023.
Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan menyatakan, segmen UMKM dan nasabah retail menjadi target pasar utama Superbank. “Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Tigor melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (6/6).
Seperti diketahui sebelumnya, Superbank merupakan transformasi digital dari Bank Fama. Di tahun 2021, kepemilikan saham Bank Fama beralih kepada Grup Emtek yang diwakili oleh PT Elang Media Visitama dengan porsi 62,67 persen. Dilanjutkan dengan bergabungnya Grab melalui A5-DB Holdings Pte Ltd dan Singtel melalui Singtel Alpha Investment Pte Ltd sebagai pemilik saham dengan porsi 16,26 persen. Seluruh pemegang sahampun sepakat untuk mendukung transformasi Bank Fama menjadi bank dengan layanan berbasis digital.