Jakarta, FORTUNE - PT Bank SMBC Indonesia Tbk melalui unit bisnis digitalnya, Jenius, menilai kartu kredit tetap menjadi instrumen finansial yang berdaya guna dalam pengelolaan keuangan. Meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) kini berada pada level 4,75 persen, pemanfaatan fasilitas ini secara bijak diklaim mampu membantu likuiditas nasabah.
Digital Banking Product and Innovation Head SMBC Indonesia, Febri Rusli, menjelaskan sebagai bagian dari lembaga perbankan sistemik, Jenius beroperasi dengan kepatuhan penuh terhadap regulasi. Ia mencermati bahwa dinamika suku bunga saat ini menuntut kedisiplinan lebih dari para pengguna kredit.
"Kredit itu produk bermata dua. Karena kadang-kadang kita menggunakannya karena keninginan bukan kebutuhan. Kalau itu memang kebutuhan, apalagi untuk modal kerja, biasanya akan menghasilkan keuntungan," ujar Febri dalam pertemuan media, Jumat (19/12).
Febri menekankan pentingnya reposisi kartu kredit sebagai alat pembayaran yang memberikan nilai tambah (value-added), bukan sekadar sumber pinjaman. Dengan komitmen pelunasan penuh setiap bulan, pengguna justru dapat menikmati manfaat berupa program penghargaan hingga pencatatan arus kas yang lebih transparan.
Terkait profil risiko, Jenius melaporkan bahwa rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) mereka masih terjaga di bawah rata-rata industri. Keberhasilan ini diklaim sebagai hasil dari seleksi ketat berbasis teknologi.
"Khusus Jenius, NPL sangat sehat karena proses pengajuan kredit sudah menggunakan teknologi yang cukup advanced dan credit scoring yang multiple. Asesmen memang ketat, tapi itu untuk menjaga kualitas portofolio," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Certified Financial Planner sekaligus Director & Co-Founder Oneshildt Financial Planning, Budi Raharjo, mengingatkan bahwa keputusan mengambil kredit harus dibarengi dengan kalkulasi kemampuan bayar. Kejelasan tujuan menjadi filter utama sebelum nasabah menggunakan fasilitas plafon kredit.
Budi memberikan parameter konkret mengenai batas maksimal cicilan agar kondisi finansial tetap terjaga di tengah fluktuasi ekonomi.
"Aturan dasarnya adalah maksimal cincilannya adalah 30-35 persen untuk diutang. Itu utang yang sehat. Tapi kalau income masih pas-pasan, jangan coba-coba diutang," kata Budi.
