Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, memeluk salah satu korban perang yang dirawat di rumah sakit. (Twitter @jokowi)
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, 10 (sepuluh) penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia ditempati oleh deretan penyakit kritis yakni stroke, jantung, diabetes, tuberculosis (TBC), sirosis hati, paru-paru kronis, diare, hipertensi, infeksi saluran pernapasan, dan neonatal.
Bahkan menurut data terbaru yang dikeluarkan oleh BPJS tahun ini, 8 (delapan) penyakit yang paling menghabiskan biaya hingga puluhan triliun juga mencakup penyakit kritis yang sama yakni jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, hemofilia, thalassemia, leukemia, dan sirosis hati.
Sedangkan, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa penyakit kritis yang termasuk dalam kategori penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi tantangan di Indonesia yang angkanya terus meningkat sejak tahun 2010.
“Pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak yang diikuti gaya hidup sedentary, memilih makanan junk food/siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat menjadi penyebab seseorang bisa terjangkit penyakit ini,” tulis Generali.
Di tengah tantangan penyakit kritis yang dihadapi, dunia juga seakan masih terus dikejutkan dengan beberapa penyakit baru yang muncul dan menarik perhatian banyak orang. Penyakit ini disebut emerging infectious disease (EIDs) yang menjadi kekhawatiran dalam kesehatan masyarakat serta berpotensi menyebabkan kematian pada manusia dalam jumlah besar. Penyakit baru muncul tiap tahun dan berpotensi jadi penyakit kritis. Secara global, WHO juga mengkategorikan permasalahan kesehatan mencapai 68.000 jenis. Sebanyak 6.172 jenis merupakan penyakit langka.