Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Foto 2 (1).jpeg
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Hendra Lembong saat konferensi persi paparan kinerja BCA di Jakarta, (30/7).

Intinya sih...

  • Laba bersih BCA naik 5,7% menjadi Rp43,4 triliun pada kuartal III 2025, didorong oleh penyaluran kredit yang naik 7,6% menjadi Rp944 triliun di September 2025.

  • DPK BCA naik 7%, dengan CASA sebagai pendanaan inti BCA yang tumbuh 9,1% menjadi Rp999 triliun. Pertumbuhan CASA selaras dengan total frekuensi transaksi BCA yang naik 78% dalam tiga tahun terakhir.

  • BCA berencana melakukan pembelian kembali saham Perseroan (shares buyback) senilai maksimal Rp5 triliun mulai dari 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026 untuk mendukung stabilitas harga saham di BEI.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih senilai Rp43,4 triliun pada kuartal III 2025, capaian ini naik 5,7 persen secara year on year (YoY). Laba dari bank dengan kode saham BBCA ini tak lain ditopang oleh penyaluran kredit yang naik 7,6 persen menjadi Rp944 triliun di September 2025.

Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong menjelaskan, penyaluran kredit korporasi menjadi yang tertinggi dibanding segmen lain, tumbuh 10,4 persen (YoY) mencapai Rp436,9 triliun. Untuk kredit komersial juga naik 5,7 persen (YoY) menjadi Rp142,9 triliun, dan kredit UKM tumbuh 7,7 persen (YoY) menjadi Rp129,3 triliun. 

“Terjaganya penyaluran kredit BCA di berbagai segmen dan sektor hingga September 2025 mencerminkan komitmen kami mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” kata Hendra melalui keterangan resmi di Jakarta, (20/10).

Pertumbuhan kredit konsumer BCA juga mencapai 3,3 persen (YoY) menjadi Rp223,6 triliun, didorong kenaikan KPR sebesar 6,4 persen (YoY) menjadi Rp138,8 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya (mayoritas kartu kredit) juga tumbuh 6,9 persen (YoY) mencapai Rp23,5 triliun. 

Kualitas pinjaman BCA tetap terjaga, terlihat dari rasio loan at risk (LAR) 5,5 persen pada kuartal III 2025. Sedangkan untuk rasio non performing loan (NPL) terkendali di level 2,1 persen dengan pencadangan NPL dan LAR tercatat memadai, masing-masing 166,6 persen dan 69,5 persen.

Ditopang CASA, DPK BCA naik 7%

Bank BCA (Dok. Bank Central Asia)

Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BCA naik 7,0 persen (YoY)  ditopang CASA sebagai pendanaan inti BCA. Tercatat, CASA BCA tetap menjadi kontributor utama pendanaan BCA dengan nilai sekitar 83,8 persen dari total DPK. CASA BCA mampu tumbuh 9,1 persen (YoY) mencapai Rp999 triliun. 

Hendra menyatakan, pertumbuhan CASA selaras dengan total frekuensi transaksi BCA yang naik 78 persen dalam tiga tahun terakhir. Pengembangan aplikasi myBCA juga terus dilakukan demi menghadirkan layanan optimal bagi nasabah. 

Kini, pengguna myBCA dapat mengatur dan menerima One Time Password (OTP) transaksi online dari aplikasi. Fitur myBCA Keyboard juga hadir untuk dimanfaatkan pengguna yang ingin mendapatkan pengalaman transaksi lebih praktis. Pengguna myBCA kini bisa mengatur akses instan dan menu utama myBCA. 

BCA bakal buyback saham Rp5 triliun, simak jadwalnya

eBranch BCA (Dok. BCA)

Dalam kesempatan tersebut, BCA juga mengumumkan aksi korporasi dengan berencana melakukan pembelian kembali saham Perseroan (shares buyback) yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyatakan, jumlah nilai shares buyback adalah sebesar-besarnya Rp5 triliun. Aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka mendukung stabilitas harga saham di BEI.

"Periode shares buyback dimulai sejak 22 Oktober 2025 sampai 19 Januari 2026, yaitu maksimum selama periode tiga bulan terhitung sejak tanggal Keterbukaan Informasi pada tanggal 20 Oktober 2025, kecuali diakhiri lebih cepat oleh Perseroan sebelum 19 Januari 2026 dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujar Hera.

Meski demikian, Ia menyatakan pelaksanaan shares buyback ini tidak memiliki dampak material bagi kinerja keuangan dan kegiatan usaha Perseroan. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, BCA senantiasa mematuhi prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan mematuhi segala peraturan/ketentuan yang berlaku.

Editorial Team