FINANCE

DBS: Kenaikan Suku Bunga Tak Surutkan Pertumbuhan Ekonomi

Suku bunga BI diprediksi bertahan pada Maret.

DBS: Kenaikan Suku Bunga Tak Surutkan Pertumbuhan EkonomiFoto Ilustrasi Bank DBS/Dokumen Istimewa
02 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – DBS Group Research meyakini kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia takkan terlalu menyurutkan laju pertumbuhan ekonomi domestik. Pasalnya, penyesuaian kebijakan moneter itu telah sesuai dengan ekspektasi.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Februari 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen.

Bank sentral terakhir kali menaikkan suku bunga pada Januari 2023. Kala itu, kenaikannya 25 bps, dari 5,5 persen menjadi 5,75 persen.

Ditilik dalam jangka panjang, BI telah menaikkan suku bunga sejak Agustus 2022. Pada saat itu, suku bunga masih bertengger pada posisi 3,75 persen.

“BI mempertahankan suku bunga sesuai dengan ekspektasi DBS Group Research, seiring dengan meredanya risiko inflasi dan kekhawatiran akan volatilitas mata uang” begitu bunyi riset DBS Group Research.

Mereka memperkirakan bank sentral tetap akan mempertahankan suku bunga pada Maret.

Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan posisi kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.

Prospek ekonomi

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (28/11/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (28/11/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.

Menurut DBS Group Research, BI tampaknya meyakini kebijakannya telah turut membatasi tekanan harga. Inflasi umum dan inflasi inti diprediksi kembali ke kisaran 2–4 persen pada paruh kedua 2023.

“Kenaikan suku bunga yang dilakukan hingga saat ini tidak dilihat sebagai penghambat pertumbuhan, di tengah likuiditas rupiah yang cukup dan hanya sedikit perubahan ke suku bunga kredit,” demikian laporan DBS. Sementara itu, rasio aset likuid terhadap dana pihak ketiga masih tinggi, yakni 29,1 persen.

Di luar masalah suku bunga, iklim bank sentral juga positif terutama usai Perry diusulkan kembali menjadi gubernurnya untuk masa jabatan kedua. 

DBS Group memperkirakan produk domestik bruto (PDB) domestik berkisar 4,5–5,3 persen pada tahun ini. Pada indikator lain, surplus neraca transaksi berjalan pada 2022 diperkirakan 0,4–1,2 persen dari PDB.

Sementara itu, neraca transaksi berjalan tahun ini ditaksir mencapai minus 0,4 persen sampai 0,4 persen dari PDB, kemungkinan karena neraca perdagangan sektor komoditas yang lebih rendah.

Menurut DBS, para pembuat kebijakan saat ini juga lebih yakin pada prospek pemulihan global dibandingkan dengan hasil tinjauan terakhir, serta adanya sentimen positif lain seperti pembukaan kembali perekonomian Tiongkok, serta kemungkinan kenaikan suku bunga Fed menjadi 5,25 persen.

Related Topics