Jakarta, FORTUNE - Maraknya aksi tindak kejahatan digital yang mengatasnamakan pihak bank membuat masyarakat resah. Tak jarang para pelaku kejahatan menyebar luaskan sejumlah informasi hingga link palsu melalui jejaring aplikasi pesan singkat, sosial media, hingga surat elektronik.
Ekonom sekaligus Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, kondisi tersebut menjadi cerminan masih rendahnya literasi keuangan maupun keuangan digital di Indonesia.
"Salah satu penyebabnya ialah aspek literasi digital yg masih rendah, sementara di sisi lain layanan bank dan lembaga keuangan lainnya semakin cepat bertransformasi ke dunia digital," kata Eko saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Senin (13/6).
Kita ketahui bersama, berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat masih berada di 38,03 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan inklusi keuangan masyarakat yang telah mencapai 76,19 persen.
Oleh karena itu, Eko menyebut sosialisasi ke masyarakat masih perlu ditingkatkan dengan target masyarakat ke pada orang tua maupun anak muda yang menikmati layanan keuangan digital. "Pemanfaatan TV, dan bahkan event-event seni dan hiburan mungkin bisa lebih efektif (sosialisasi)," kata Eko.