Berdasarkan laporan keuangan perseroan, BJJ sampai dengan September 2021 membukukan laba bersih sebesar Rp77,75 triliun. Laba tersebut naik 41,23 persen, jika dikomparasikan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp55,05 miliar.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan pendapatan bunga bersih perseroan yang sampai dengan 30 September 2021 turun 4,2 persen atau dari Rp152,2 miliar pada periode tahun lalu, menjadi Rp145,7 miliar.
Selain itu, perseroan tercatat telah menyalurkan kredit Rp2,59 miliar sampai dengan 30 September 2021. Realisasi penyaluran itu susut 4,33 persen secara tahunan (yoy).
Sebaliknya, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BJJ naik 2,77 persen yoy. DPK perseroan pada kuartal III tahun lalu tercatat sebesar Rp4,73 triliun, sementara pada periode tahun ini mampu membukukan Rp4,86 triliun.
Jenis simpanan berjangka tercatat naik 3,01 persen secara yoy, sedangkan jenis tabungan turun 1,2 persen dan giro mengalami peningkatan 4,1 persen. Dari sisi rasio keuangan, BJJ pada kuartal III/2021 mampu menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari 2,16 persen pada periode 2020 menjadi 1,83 persen. Adapun ROE di level 5,09 persen dan ROA 1,58 persen.
Per September 2021, BJJ tercatat baru memiliki modal inti sebesar Rp 1,61 triliun. Padahal, sesuai dengan ketentuan OJK, bank umum mesti memenuhi modal inti minimum Rp2 triliun hingga akhir tahun ini.
Dengan demikian, WeLab masih harus melakukan penambahan modal lagi setelah berhasil mengakuisisi mayoritas saham bank tersebut dengan minimal dana Rp400 miliar sampai akhir tahun.
Adapun pemegang saham pengendali BJJ hingga September 2021 masih dipegang oleh keluarga Iskandar widyadi, melalui PT Widya Rahardja Dharma yang menggenggam 70,91 persen saham dan PT Adikarta Graha sebesar 29,09 persen.